
Perempuan penebar bara api, dengan pijar pijar api itulah dia besarkan 2 buah hati nya dengan segalah kasih sayang dia tumpahkan buat sang penerus keturunan. Dari lenggok anak anak nya itu terlihat seolah olah bara api itu mengalir pada pada syarap syarap motorik mereka. Anak anak seusia nya di kampung Lindung harus waspada karena tanpa nalar percikan berkilap bara akan membakar seluruh tubuh hingga meraung raung berlari dalam pelukan orang tua mereka masing masing sebab 2 kakak beradik itu selalu menebarkan perkara bara api berpijar.
Rangkuman peristiwa bara api di kampung Lindung sudah tercium ke orang tua sebab itu juga lah orang tua yang merasa was was akan percikan bara pijar menimpah anak anak mereka maka dengan sigap para orang tua cepat cepat melindungi anak anak mereka dari pijar pijar yang ditebarkan oleh sang kakak dan adik.
Entah sepuluh atau Sembilan belas mungkin bertambah lagi anak anak di kapung Lindung akan alami percikan bara pijar itu. Silih berganti terkadang sang kakak kemudian sang adik hingga pijar bara besar sang ibu sendiri tak segan segan muntahkan bara api.
Sang Adik sangat menyukai memuntahkan bara api nya di Musholah sehingga buat anak anak seusia dia pulang urungkan ibadah nya di musholah.
Sang ibu kerap kali memuntahan bara api itu menyasar kepada orang orang tua. Waktu dan tempat pun tak memilih jika ia ingin muntahkan bara api itu ya muntah saja. Entah pada saat momentum sakral pengajian atau arisan, pada bulan suci Ramadhan atau saat azan magrib intinya setiap saat bisa terjadi.
Lebih gila lagi pernah dia juga muntahkan bara api nya pada istri sesepuh kampung Lindung dan dia tidak perduli apakah rumah berdekatan dapur bersenggolan yang penting dia bisa puaskan diri dengan memuntahkan pijar pijar panas itu.
Aneh nya seisi kampung Lindung tidak bisa berbuat banyak. Mungkin sejarah nya konon kampung Lindung ini berdiri diatas batu sakti yang bernama Sabar. Menurut orang orang kampung sebelah secara gaib, pada batu batu sabar ini lah sang Putri Kembang Dadar dan para Dayang dayang nya turun mandi dan membersihkan diri.
Atas cerita itu juga maka orang orang kampung Lindung tidak mau mengambil tindakan tegas terhadap Perempuan penebar bara api itu. Karena Sosok Putri Kembang Dadar yang miliki sipat penyayang dengan siapa saja dan berteman dengan siapa saja maka tanah di kampung Lindung harus dihuni oleh orang orang kampung yang milik sipat sipat sang putri yaitu penyayang dan sabar.

Orang Orang kampung Lindung hidup dalam dilematis berlindung pada pakaian kesabaran karena perempuan penyebar bara api masih ada di kampung itu semantara untuk berbuat sesuatu, Fitrah nya harus memanut pada aliran batu sabar sang Putri Kembang Dadar.