Palembang, localhost/server/gkx-Mohammad Hatta berpendapat arti sejarah di dalam bukunya “Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan” bahwa sejarah wujudnya memberi pengetahuan dari pada masa yang lalu”.
Ia menggambarkan suatu ideal tipe bentuk rupa dari masa itu bukan gambaran yang dimudahkanya tetapi supaya kita mengenali rupanya.
Roeslan Abdul Gani di bukunya “Sosialisme Indonesia” memaparkan arti dari sejarah ialah suatu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis dan keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan, untuk akhirnya di jadikan pembendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan.
Maka dua pendapat pendiri bangsa diatas sangat bersesuaian dengan sekelompok kaum muda pemikir dan pegiat pada masa nya serta terlibat langsung dalam gerakan gerakan arah kebaikan bangsa di Sumatera selatan saat ini atau sedang berlangsung gerakanya mungkin dengan baju dan kendaraan yang berbeda beda pula.
Lalu dengan tajuk “Refleksi Gerakan Aktivis Masa Lalu, Saat ini dan Masa Akan Datang”, digelar Deklarasi Lintas Aktivis Antar Generasi Indonesia (LAAGI) yang dimulai pada pukul 20.02 WIB, Minggu (02/02/2020), bertempat di Guns Cafe, seputar Kambang Iwak yaitu jantung nya Kota Palembang.
Sebuah cafe yang menyajikan live full instrument itu menjadi bersesak dan padat ratusan undangan tampak jelas wajah wajah aktivist Sumsel lintas generasi hadiri acara itu mungkin diundang atau memang terpanggil karena merasa memiliki gelorah perjuangan masa masa itu dan hingga hari ini.
Dalam Deklarasi LAAGI berlangsung yang dihadiri oleh Pemateri yang tak asing diantaranya, JJ Polong Aktivis Tani/ Dosen, Tumpal Simare-mare Aktivis Pergerakan 98/ Ketua DPD Pospera/ Mantan Ketua KPW PRD Sumsel, Achmad Sazali Aktivis Pergerakan 98/ Mantan Ketua Pijar, Bagindo Togar Pengamat Sosial, Adi Sangadi Aktivis/ Mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah, Andreas OP Aktivis Buruh, Iqbal Rudiyanto Aktivis Seni, Ruspanda Aktivis/ Anggota Legeslatif dan Yeni Izzi Aktivis Perempuan.
Sebuah kelaziman dalam sebuah pertemuan maka mempererat silaturahmi dan berbincang-bincang ala aktivis pelaku sejarah tragedi 98, dan menceritakan sejarah-sejarah tragedi aktivis di masa itu.
Bukan tidak mungkin percikan gelorah perjuangan kawan kawan disitu akan membuka kembali terus merajut konsistensi akan membela kaum kaum tertindas.
Sosok senior JJ Polong Aktivis Tani sekaligus sebagai Dosen Unsri Fakultas Tani mengungkapkan deklarasi LAAGI ini yang pertama aktivis itu harus kembali ke hakikat Aktivis sebagai agen perubahan.
“Saat ini perubahan sosial yang mendesak adalah mengembalika sistem ekonomi Indonesia yang bertumbuh kepada ekonomi kerakyatan”, pendapatnya.
Dia pun mengingatkan bahwa, “Ekonomi kita bertumbuh pada ekonomi bermodal besar terutama di bidang sumber daya alam seperti di perkebunan, hutan tanaman industri saatnya dikembalikan ke rakyat, terutama melalui program reforma agraria”.
Hadir Ketua DPD Projo Sumsel, Feri Yandi SH mengatakan, dirinya memberikat plakat kepada ketua Umum LAAGI Sukma Hidayat, sebagai tanda simbolis persahabatan sesama ormas, Projo itu masuk kepada seluruh organisasi, disamping itu juga Projo mengawal penegakan hukum khususnya di Sumsel,” ujarnya.
“Harapannya untuk teman-teman aktivis jangan habis sampai disini saja, teruskanlah perjuangan untuk kedepannya,” imbuhnya.
Salah Pelaku Aktivis Tragedi 98, Achmad Sazali S,Pd pada saat deklarasi LAAGI ini berlangsung mengatakan, adalah terjadi konsolidasi demokrasi bagi kaum aktivis yang lain sehingga bisa duduk bersama bicara soal bangsa terutama Sumatera Selatan dan kota Palembang bicara duduk bersama merumuskan bagaimana persoalan – persoalan rakyat bisa tertanggulangi oleh pemerintah yang utama untuk walikota gubernur dan mungkin juga presiden Jokowi,” singkatnya.
Pengamat sosial dan politik Bagindo Togar mengatakan, dirinya berharap setelah dekralasi LAAGI ini jangan kehilangan jati diri sebagai aktivis, jangan sekedar stempel dan harus diimbangi dengan kinerja kemudian harus punya arah dan tujuan, serta fokus sebagai aktivis”, katanya.
“Jadi jangan terlena terus menjadi aktivis bias yang menjadi cita-cita mereka, karena bias itu yang paling penting, aktivis itu memang bagus modelnya kesemangat dan kepedulian, itu originalitasnya aktivis, 2 modal yang harus diketahui’, pendapat Bang Togar.
Ada lagi Ali Goik pegiat budaya seni dan lingkungan Yayasan Depati, usai peform dengan konsistensi seninya di acara itu mengungkapkan akan harapannya untuk para aktivis, Pertama tetap konsisten membela kaum tertindas. Kedua, tetap bersatu dalam satu jalur membela yang benar.
“Ketiga dengan banyaknya aliansi aktifis jangan terjadi perpecahan dan membelah belah gerakan aktivis sehingga membuat blok baru sehingga membingung kan masyarakat”, pendapatnya. “Ayo kita tetap konsisten dalam jalur pergerakan”, ajaknya.
Sementara itu, Ketua Umum Lintas Aktivis Antar Sukma Hidayat S.E mengatakan, pihaknya mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, bahwa acara hari ini sukses dan banyak ucapan, termasuk dari Adian Napitupul, Masinton serta tokoh-tokoh Nasional lainnya.
Dalam rangka kesuksesan acara ini mungkin banyak di antara yang lain belum sempat hadir, tetapi mereka sudah mengkonfirmasi bahwa ada hal-hal tertentu.
“intinya kita di sini merangkul seluruh kawan-kawan jangan sampai kita terpecah belah mari kita bersatu, untuk Indonesia yang lebih baik, di organisasi ini sebagai wadah dan tidak menghilangkan identitas organ-organ yang tergabung,” tuturnya.
“Alhamdulillah acara hari ini sukses dan bisa berjalan sesuai dengan program, jadi organisasi aktivis ini untuk memikirkan bagaimana perjuangan rakyat untuk kedepannya,” pungkas Sekretaris Umum LAAGI Bambang S.I.P (nopri).