Aku Lenyap Dibalik Pengkolan dan Tergiang”20.000 Saja Sulit..”
Muaradua, localhost/server/gkx–Pada ujung jalan itu, dalam beberapa minggu ini tampak sekali ada yang janggal terasa, sebab setiap hari aku melintasi jalan itu, tentunya setiap pemandangan hingga apa pun yang melintas termasuk suara suara pasti ingatan ku tak akan pernah menghianati nya.
Dan Yah dibawah pohon itu, pondok terbuat dari kayu, terus ada lagi ‘seban’ orang sini menyebut itu tempat tongkrongan yang dinamai seban bentuk nya seperti meja, bertiang empat sudut yang digunakan untuk duduk duduk ngobrol santai.
Akan tetapi kali ini seban itu tampak nya untuk para tukang ojek yang mengantri menunggu penumpang menghampiri untuk meminta antar.
Ehmm, Lantas pikiran ku pun berkelana ada apa ini?
Dengan menyimpan penasaran dalam benak ini pun tiba tiba aku hentikan saja roda dua yang aku tunggangi ini, sebab redaksi sudah mengingatkan ku sebagai pewarta yang tak boleh berlama lama menyimpan naluri entar lapuk ketus dia sewaktu lalu.
Benar seban itu kini kosong sepeda motor yang tadi nya berjejer pada kemana?
Dampak wabah Covid-19 yang saat ini melanda ternyata memberikan dampak ekonomi bagi sebagian tukang ojek disini pikirku.
Mereka menjadi kesulitan mencari penghidupan untuk mencari nafkah buat keluarga tapi kenapa aku secepat itu menarik kesimpulan.
Itu juga pelanggaran..! Aku tak boleh menghakimi aku hanya boleh menulis..!
Puluhan tukang ojek disini menghilang tinggal paling banyak 2 sampai 3 orang saja.
Tepatnya di Jalan Serasan Seandanan salah satu dari 3 tukang ojek ini menyebut nama jalan ini. Rasanya ingin aku ketahui lagi dari kakak kakak ini.
“Ya nama tempat ini adalah Pangkalan PGRI atau simpang SMK PGRI Muaradua, Ibu Kota Kabupaten Oku Selatan,”
Tanpa berlama lama aku bincangi saja Heri berusia 30 tahun salah satu tukang ojek yang tiap hari mangkal di tempat ini.
Terlihat tampak tak bersemangat yang menyelimuti wajah dia ketika aku mampir dan kenalkan diriku lalu mereka pun mempersilahkan ambil tempat duduk disisi nya menghadap jalan.
Heri pun mengutarakan rasa gelisahnya, “Sulit sekali sekarang ini mas, dalam beberapa bulan ini semua akibat Corona,” singkat saja celoteh dengan ketus kata kata itu keluar dari mulutnya.
“Biasanya dalam sehari kami bisa mengantar penumpang 10 orang omset rata rata Rp 50 sampai Rp 70 bahkan lebih, kini mencari satu penumpang saja Sulit, ” bercerita dia soal besaran pendapatan dia yang hampir 2 tahun ini melakoni jadi tukang ojek.
Heri yang sudah menikah beranak 1 ini pun blak blakan menuturkan akan sulitnya keadaan ketika pekerjaan yang diperoleh dari jasa angkut penumpang dengan sepeda motornya ini.
” Sekarang ini Untuk mendapatkan uang Rp 20,000 saja sulit itu pun harus menunggu lama di pangkalan ini “, kata lelaki yang mengaku sebelum ngojek dia pernah menjadi assiten tukang rumah seraya menjelaskan serat nya perolehan dia sehari hari, menyusul kebijakan social distancing yang dikeluarkan pemerintah.
Dia katakan bahwa sesama tukang ojek iuga merasakan hal yang sama mereka tidak bisa berbuat apa apa akan keadaan ini.
Lalu dia bertutur sudah pernah coba mencari profesi lain yang mungkin bisa ia lakukan untuk menghidupi keluarga, namun apa yang mau dikata semua sulit tak ada aktifitas lain.
Dia hanya berharap, jika keadaan cepat pulih menjadi tukang ojek hanya cukup buat beli beras, itu pun lumayan bagi nya karena bisa bertahan.
“Lah kali ini dengan keadaan ini..?!, aku terdiam.
Akupun menanyakan jika dia dan teman teman disini mendengar ada program bantuan yang diberitakan luas soal bantuan tunai dan kartu pra kerja dan dijawab sudah pernah dengar cuman tidak mengetahui yang pastinya seperti apa program itu.
“harapan kami kalau memang benar ada bantuan itu akan turun kepada kami tolong kami tukang ojek ini bagaimana cara mendapatkan nya,” kata Heri.
“Semogah kami cepat didata dengan benar, kami sangat mengharapkan bantuan tersebut “,ucapnya.
Roda dua sebagai sahabatku ini kembali ku nyalakan lagi dan lenyap aku dari pandangan mereka tepat dibelokan jalan itu, Ya Jalan Serasan Seandanan Penuh kepala ku dari pengharapan tukang ojek itu untuk menulis teriakan hati kecill mereka. Cuman buat beli beras..Dua puluh ribu pun sulit. Ku pikir Ini bakal menjadi sebuah pesan, Ya bakal lantang mungkin juga tidak.(henafri)