PALEMBANG, GESAHKITA COM–Rektor Universitas IBA, Dr. Tarech Rasyid, M.Si, sahabat karib Munarman, SH., saat aktif membangun Gerakan Reformasi di Sumatera Selatan pada masa Orde Baru, menilai bahwa tudingan terhadap mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) itu sangat berlebihan.
“Sungguh aneh, dan berlebihan menuding Munarman terlibat terorisme,” cetus Rektor Universitas IBA yang dikenal juga sebagai mantan wartawan Sriwijaya Post dan Sumatera Ekspress.
Menurut Tarech Rasyid, selama mengenal dan berdiskusi dengan Munarman di LBH Palembang, bahkan saat ia memimpin YLBHI, sangat jauh dari pemikiran-pemikiran Islam fundamentalis, terlebih terlibat dalam terorisme.
Namun, Tarech Rasyid mengakui bahwa Munarman memiliki watak yang temperamental, namun rasional dan berani. Keberanian ini ditunjukkan Munarman saat melakukan penelitian tentang kekerasan militer.
Selain itu, keberaniannya semakin menonjol saat ia menerima tugas dari KONTRAS di Aceh yang masih bergolak, dan dikenal dengan sebutan Daerah Operasi Militer (DOM).
“Aku diminta untuk ke Aceh. Sebab, Di YLBHI, KONTRAS, LBH Jakarta dan lainnya, tidak ada satu pun orang yang berani mengemban tugas di Aceh, ya, sudah, aku yang ke Aceh,” ujar Tarech Rasyid mengenang ucapan Munarman saat membicarakan keberlangsungan KIPP Sumsel.
Usai Pemilu yang terakhir di masa Orde Baru, Pimpinan Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP Sumsel) telah diserahkan Tarech Rasyid kepada Munarman. Namun ditengah-tengah penguatan organisasi KIPP Sumsel, ia mendapat tawaran dari Munir Said Thalib selaku Ketua Dewan Pengurus KONTRAS untuk bertugas di Aceh.
Kekosongan pimpinan KIPP Sumsel itu pula yang memaksa kami berdua mendiskusikan orang yang tepat untuk memimpin KIPP Sumsel.
“Saya dan Munarman sepakat menunjuk Anwar Putra Bayu untuk memimpin KIPP Sumsel dan menggantikan posisi Munarman yang akan berangkat ke Aceh,” ujar Tarech Rasyid yang saat itu telah mendapat mandat dari Sri Bintang Pamungkas untuk memimpin Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI) Sumsel.
Rektor Universitas IBA yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh reformasi di Sumsel ini menilai bahwa Munarman itu orangnya sangat rasional. Dalam arti, ia selalu mengedepankan akal pikiran dan argumen-argumen yang logic dalam diskusi maupun memecahkan masalah.
Rasionalitas tersebut tentu saja terlatih saat dia kuliah di Fakultas Hukum UNSRI, juga terbentuk saat ia terlibat aktif sebagai mahasiswa aktivis lingkungan yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pecinta Alam (GEMAPALA) WIGWAM Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
Tarech Rasyid bersama Chairilsyah, SH,Mantan Direktur LBH Palembang dan Febuar Rahman, SH, Pengacara/Advokad, sempat membesuk Munarman dan Habib Rizieq Syihab di rumah tahanan Polda Metro Jaya berkaitan dengan kasus Monas. Dalam kesempatan itu, saya terlibat dialog kecil dengan Munarman terkait AhmadIyah.
Munarman menjelaskan kepada Tarech Rasyid bahwa Ahmadiyah itu menyimpang dari ajaran agama Islam. Sebab, ia mengakui adanya nabi setelah nabi Muhammad SAW, yaitu Mira Ghulam Ahmad. Jadi, jelas bahwa Ahmadiyah itu merusak akidah dan tidak rasional.
Dari dialog-dialog dengan Munarman tersebut, Rektor Universitas IBA itu berpendapat bahwa tudingan terhadap mantan Ketua YLBHI itu terlibat terorisme sangat berlebihan, dan tidak masuk akal sehat. Bahkan, mengesankan sebagai upaya pembungkaman terhadap tokoh kritis.
Sebagaimana diketahui Munarman sangat kritis terhadap kematian enam (6) orang laskar FPI di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Tol KM 50. Sikap kritisnya itu pun terlihat saat menghadapi atau menangani kasus kerumunan Habib Rizieq Syihab. (goik)