PALEMBANG, GESAHKITA COM—Palembang merupakan sebuah kota peninggalan masa lalu yang saat ini menjadi ibu kota provinsi Sumatera selatan, dari masa kejayaan kebesaran kerajaan Sriwijaya yang tentu saja meninggalkan banyak bukti sejarah otentik.
Banyak bukti – bukti yang ditinggalkan kerajaan maritim tersebut, tidak hanya kebudayaan yang hingga saat ini masih terjaga turun menurun, bahkan banyak peninggalan arca, candi bahkan pemakaman raja – raja dan kesultanan Palembang sebagai bukti peradaban seusai runtuhnya kerajaan Sriwijaya.
Tidak hanya bukit seguntang yang dikenal sebagai petilasan raja – raja Sriwijaya ada juga kawah tekurep yang merupakan pemakaman Sultan Mahmud Baddaruddin beserta para istri beserta abdi dalem yang saat ini masih kokoh keberadaanya, sebagai salah satu bukti kejayaan awal kesultanan Palembang dan penyebaran Islam di Palembang.
Kawah Tekurep yang dibangun pada tahun 1728 dengan menggunakan tiga unsur pembangunannya yaitu kapur pasir, putih telur dan batu secara harafiah bisa diartikan sebagai wadah terbalik yang pada fungsi awal digunakan sebagai pemakaman dan terkadang dimanfaatkan untuk pertemuan, para Sultan dan jajarannya termasuk para wali yang saat itu menyebarkan agama Islam.
Namun disayangkan keperkasaan masa lalu tersebut kurang mendapat perhatiaan, tidak hanya perawatan namun soal informasi yang tidak terjaga kepada generasi penerus.
” Kawah Tekurep merupakan salah satu bukti sejarah awal berdirinya sebuah kesultanan Palembang, yang dirasakan masih kurang mendapat perhatiaan baik dari pemerintah ataupun masyarakat,” kata M. Arfani anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Palembang Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB), Jumat (17/12/2021)
Dilanjutkannya, Hal ini dibuktikan dengan kurang terawat komplek pemakaman ini tetapi juga informasi yang saat ini mulai terputus di generasi muda padahal ini adalah bukti sejarah dan merupakan aset bangsa.
” Kawah tekurep merupakan aset bangsa yang wajib dilestarikan sebagai acuan agar generasi penerus mengetahui Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kuat”, tegas Fani
Dalam kesempatan ini Fani juga menyampaikan pengamatannya tentang betapa besarnya potensi yang dimiliki kawah tekurep tidak hanya menyoal sebagai sumber ilmu pengetahuan namun juga wisata religi.
” Kawah Tekurep tidak hanya sebagai bukti sejarah ataupun sumber pengetahuan saja, namun ado potensi besar lainnya yang saat ini masih tersimpan dan belum mampu kelola dengan maksimal, yaitu sebagai destinasi wisata religi”, ungkapnya
Fani juga menegaskan berkibarnya sang saka merah putih tidak lepas dari sejarah panjang, jadi wajib diwariskan, langkah awal bisa saja dimulai dengan kembali memasukan sejarah lokal pada pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga ke perguruan tinggi.
” Langkah awal menjaga dan melestarikan sejarah ini tetap ada, pastinya kembali di masukan sejarah Palembang ke dunia pendidikan kembali melalui mata pelajaran muatan lokal yang telah lama hilang, dan itu dimulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, bangsa ini akan besar jika mencintai sejarahnya”, ucap Fani
Pada pesan terakhirnya Fani mengatakan, Mungkin waktu telah terlampaui tidak akan terulang kembali namun dengan mencintai alunan sebuah perjalanan suatu bangsa akan membuatnya menjadi lebih besar.
” Mungkin waktu yang telah terlampaui tidak akan terulang kembali namun mencintai dan menjaga alunan sebuah perjalanan besar suatu bangsa akan menjadikannya lebih besar lagi”,tutup Arfani (Irfan)