PALEMBANG, GESAHKITA COM—Dunia literasi di Sumsel sudah dimulai 600 tahun yang lalu dengan hal ini dibuktikan secara sejarah dengan adanya tulisan di batu tulis (prasasti) kedukan bukit dan Talang Tuo.
Hal tersebut diungkapkan Anwar Putra Bayu selaku Koordinator Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) Sumatera Selatan saat menyampaikan sambutannya yang mewakili Ketua Umum Satupena Indonesia Denny JA, dalam rangka Peresmian dan pengukuhan pengurus Satupena Sumsel, di Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan, Sabtu (26/3/22) sore.
Mas Bayu sapaan akrabnya ini, kembali mengingatkan betapa literasi di daerah Sumsel adalah bagian terpenting dalam sejarah literasi Indonesia, sebab menurutnya di zaman Kerajaan Sriwijaya sudah mengenal baca tulis dengan hurup palawa.
“Tulisan pada dua batu tersebut (Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo) menunjukkan bahwa di masa kerajaan Sriwijaya, masyarakat sudah mengetahui dunia tulis baca dalam huruf palawa,” kata Mas Bayu.
Masih dalam sambutanya itu, Mas Bayu juga menyampaikan akan tujuan berdirinya Satupena Sumsel diantaranya untuk meningkatkan kesejahteraan penulis, meningkatkan kapasitas, penguatan profesi.
“Dan yang paling utama adalah untuk melindungi hak atas karya, serta kebebasan menulis,”sambung Sastrawan asal Sumsel itu.
Pada akhir sambutannya Mas Bayu juga berharap agar Satupena Sumsel menjadi organisasi yang dapat mewadahi para penulis tanpa membedakan usia, dan genre kepenulisan.
“Kami menerima dengan terbuka bagi para penulis atau penulis muda yang ingin berkarya bersama, dan semoga dapat saling membantu untuk kemajuan literasi di Sumsel,“tutup Koordinator Satupena Sumsel, Anwar Putra Bayu.
Setelah peresmian Satupena Sumsel, dilangsungkan bedah buku nonfiksi dan fiksi dan menghadirkan narasumber Rektor Universitas IBA Dr Tarech Rasyid, Haryadi, dan Wanda Lesmana. Selain itu juga ditampilkan pembacaan puisi oleh Vebri Al Lintani dan Indah Rizki, dan ditutup dengan penampilan live musik oleh Jimmy Delvian Hutan Tropis.(ril/agk)