PALEMBANG, GESAHKITA COM–Bagi khalayak editor sebelum melakukan proses edit teks yang mampir dihadapan nya pastinya selalu membaca sekilas teks mengenai apakah yang baru saja ia terima dari kontributor atau pun dari Jurnalis yang saban detik dan menit secara tematik sangat lah dinamis atau berubah ubah dan tidak menoton.
Proses membaca meski secara sekilas saja bagi editor yang sudah dalam hitungan tahun menduduki posisi tersebut tentu tema sangat mudah mengetahui secara umum, namun begitu bagi editor juga tidak gampang terjebak dengan tulisan yang dikirim ke dirinya sebab editor selain mengedepankan Fakem yang menjadi tanggung jawab dalam redaksional sebuah media, editor tentu nya juga mengetahui kode etik penulisan serta yang tidak kalah penting Editor mengetahui arah ketika teks diproduksi mampir ke hadapannya.
Editor ya penulis juga sebab dia mengalami dan mampu menyelami apa yang dirasa sang jurnalis saat menulis teks dan bahkan editor bisa kerasukan pikiran dan pengalaman saat sang penulis sedang dalam kebingungan, mulai dari menyusun kalimat, pemilihan kata dan diksi, menyusun runut hingga menimbang nimbang sudut atau angle kepenulisan teks.
Maka terkadang atau bahkan menjadi kelaziman jika seorang editor itu kerab melebur atau hanyut diantara kata, frasa, tanda baca, jenis kalimat serta termasuk juga runut dan angle teks yang mampir dihadapannya.
Editor bukan lah manusia yang full percaya dirinya terkadang juga begitu. Terbukti, ketika merasakan emosi atau kritik keras tersaji dalam teks, editor juga merasakan guncangan di dada bahkan sempat tersengal. Obat nya adalah editor cepat cepat meraih telpon dan menghubungi pengirim teks, dan mempertanyakan langsung ihwal mendasar akan persoalan yang ada dari mana muasal teks tersebut terproduksi, sebab editor merasakan guncangan yang hebat.
Guncangan Editor rasakan tidak lah sama dengan pembaca awam yang tidak terlalu mengeluti proses editing yang bisa dikatakan sebagai tanggung jawab profesi editor dalam hal ini.
Editor menyimpan dalam benaknya ketika ide yang dimaksud tidak bakal sampai kepada pembaca awam, dan ketika ide yang disampaikan mengabaikan detail ketika detail sangat dibutuhkan dan bahkan perlebihan detail pun editor juga bisa terguncang.
Editor manusia biasa yang tetap tidak terlalu berlindung dari asumsi serta tidak terlalu percaya pada fiksi ketika fiksi tidak pada tempat nya.
Arjeli Sy Jr, Palembang Pekan Ketiga Desember (Penghujung Tahun 2022)