Persepsi Militer China tentang India: Sebuah Pernyataan dan Konsekuensinya
JAKARTA, GESAHKITA COM—-Perwakilan PLA, kolonel senior Zhao Xiaozhuo, secara eksplisit menyatakan bahwa manufaktur pertahanan India dan upaya modernisasi militer kurang mendalam untuk melawan platform industri pertahanan Beijing yang canggih dan sistematis. Kritik mendasar atas kemampuan militer India ditujukan pada infrastruktur industri India yang relatif lebih lemah.
Sang kolonel mempertanyakan pengembangan sistem senjata asli India, khususnya tank, pesawat terbang, dan kapal perangnya, yang menyiratkan bahwa ketergantungan India pada teknologi asing melemahkan kekuatan militernya.
Pernyataan ini, yang diberikan di sela-sela Dialog Shangri-La, mengisyaratkan posisi strategis China di arena geopolitik. Sementara komentar PLA meremehkan kemampuan militer India, mereka secara bersamaan menggarisbawahi preferensi China untuk dialog, pertukaran, dan negosiasi untuk menyelesaikan sengketa teritorial. Narasi ini terbukti dalam kebuntuan yang sedang berlangsung di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan, di mana kedua negara telah menempatkan ribuan personel militer dan artileri berat.
Terlepas dari komentar PLA, patut dicatat bahwa postur strategis dan kebijakan diplomatik India telah mencegahnya menjadi “mitra setia” blok kekuatan mana pun, termasuk Amerika Serikat.
Menariknya, pernyataan China tersebut muncul di tengah ketegangan yang sedang berlangsung di sepanjang perbatasan Indo-China, lebih dari dua tahun sejak pertempuran mematikan di Ladakh. Selain itu, kedua negara belum membuat kemajuan berarti dalam menyelesaikan konfrontasi perbatasan yang dimulai pada pertengahan tahun 2020, meskipun telah dilakukan 14 putaran pembicaraan militer. Skenario ini menunjukkan keseimbangan yang genting, dengan retorika yang tidak cukup selaras dengan kenyataan di lapangan.
Dampak pernyataan tersebut terhadap dinamika regional memiliki banyak segi. Di satu sisi, hal itu dapat memperlunak kebuntuan, mengingat preferensi China untuk berdialog dan bernegosiasi. Di sisi lain, hal itu dapat memperburuk ketegangan dengan dianggap meremehkan kemampuan militer dan kebanggaan nasional India. Selain itu, hal itu dapat memacu India untuk meningkatkan upaya modernisasi militernya, yang berpotensi mengarah pada perlombaan senjata lokal.
China dan India telah menyaksikan pertumbuhan substansial dalam perdagangan dan investasi bilateral selama bertahun-tahun. China telah muncul sebagai pasar ekspor terbesar keempat India, dan telah terjadi lonjakan investasi antara kedua negara. Namun, saling ketergantungan ekonomi antara China dan India tidak mengurangi masalah keamanan militer. Ikatan perdagangan dan ekonomi sering berdampingan dengan persaingan strategis dan pertimbangan geopolitik. Konsekuensi ekonomi dari persepsi militer China terhadap India dapat dilihat dalam konteks proyek infrastruktur strategis, seperti Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), yang berimplikasi pada dinamika ekonomi regional dan masalah keamanan India.
Dilema keamanan antara China dan India tetap ada meskipun ada upaya untuk meningkatkan hubungan bilateral. Kedua negara memiliki sejarah sengketa teritorial, terutama mengenai wilayah perbatasan Aksai Chin dan Arunachal Pradesh. Sengketa ini, ditambah dengan upaya modernisasi militer China dan ketegasan di Laut China Selatan, berkontribusi pada masalah keamanan India. India telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan militernya, termasuk pembangunan infrastruktur di sepanjang wilayah perbatasan dan memperkuat hubungan dengan negara lain di kawasan itu untuk mengimbangi pengaruh China. Persepsi militer China terhadap India sebagai pesaing strategis memengaruhi strategi dan postur pertahanannya, yang pada gilirannya memengaruhi dinamika keamanan regional.
Persepsi militer China tentang India juga memiliki konsekuensi politik. Keterlibatan China yang meningkat dengan negara-negara tetangga, seperti Pakistan, Sri Lanka, dan Nepal, telah menimbulkan kekhawatiran di India tentang pengepungan dan proyeksi pengaruh China di lingkungan terdekatnya. Belt and Road Initiative (BRI) China dan aktivitas maritimnya di Samudera Hindia berimplikasi pada pengaruh politik regional India dan perannya sebagai kekuatan dominan di Asia Selatan. India telah merespons dengan memperdalam kemitraan strategisnya dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia melalui prakarsa seperti Quad, yang bertujuan untuk mempromosikan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Persepsi militer China tentang India sebagai pesaing regional memengaruhi keterlibatannya dengan negara lain,
Terakhir, sementara pernyataan PLA yang meremehkan kemampuan militer India telah menarik perhatian global, impor sebenarnya terletak pada potensinya untuk membentuk kembali hubungan geopolitik dan dinamika kekuatan di wilayah tersebut. Saat ketegangan terus membara di sepanjang perbatasan yang disengketakan, retorika kemungkinan akan terus berkembang, menginformasikan dan diinformasikan oleh realitas di lapangan. Keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik mungkin berubah-ubah, tetapi dialog yang dihasilkan oleh pernyataan ini berfungsi untuk membuat masyarakat internasional tetap fokus pada perkembangan.