selamat idul fitri selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa hari jadi kota pasuruanisra miraj hut oku selatan, hari jadi oku selatan
Opini  

Catatan Demokrasi Penghujung 2023

Catatan Demokrasi Penghujung 2023

JAKARTA, GESAHKITA COM—-Hari hari penghujung bulan Desember 2023 atau kurang dari dua bulan Pesta Demokrasi sebutan ideal pemilihan kepala pemerintahan, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan legislative republic ini, serasa makin “deg degan” bagi masing masing kubu peserta Pileg, Pil DPD dan Pilpres 2024. Kepentingan demi kepentingan tidak dapat terelakan makin membabi buta demi suatu tujuan yakni kekuasaan diatas segala gala nya.

Kepentingan untuk mempertahankan kedudukan dan kepentingan untuk merebut kursi dan kedudukan. Diakui bagi sebagian bahwa eksisitensi pada dunia Politik adalah kebutuhan kemewahan sebab menjadi alasan berbiaya tidak murah.

Foto peserta Pemilu dipajang di tiap sudut jalan desa hingga kota. Mereka yang menjadi peserta sedang berjuang untuk sebuah keistimewahan penyambung lidah rakyat sebab azas demokrasi itu sendiri dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Para peserta semenjak awal bertekad maju mencalonkan diri maka makin mantab dengan dapat sematan di diri sebagai politisi yang berbarengan terbatas pada kadar ketokohan. Dalam artian ketika terpilih maka ketokohan itu akan muncul dengan sendirinya.

Namun pada praktik nya saat masa memperkenalkan diri mereka (Sosialisasi ke masyarakat) kerab membawa bawa nama kebesaran para pendahulu mereka satu darah. Wajar demikian karena ada pemikiran sayang tidak dimanfaatkan. Dan juga fakta nya tidak ada larangan semua memiliki hak dipilih dan memilih seperti kata Undang Undang.

Bagaimana dengan ketokohan itu sendiri apakah masih tetap dapat tempat ditengah para pemilih? Atau malahan dipingirkan?

Zaman makin berubah dengan pola pikir makin dinamis yang mana rakyat makin sulit percaya  satu sama lain. Semua dipandang dari sudut transaksional (baik buat gue apa) yang mana pemikiran semacam ini diduga terlahir dari “not the right man on the right place” yang mana sebagai contoh sederhana nya semisal orang tua tidak seperti orang tua terhadap anak anak nya atau mohon maaf seorang dosen tidak seperti dosen terhadap mahasiswa nya dan seterusnya pada profesi dan jabatan tertentu bukan maksud men-generalisasi akan tetapi hal ini menjadi antropologi hari ini yang patut kita semua menjadi mawas diri.