Opini : Interprestasi Gimik “DUIT DEWEK DAK PAKE APBD” Pada Baliho Cawako YPM
PALEMBANG, GESAHKITA COM—Terungkap reaksi publik dari Bakal Calon (Balon) Walikota Palembang Yudha Pratomo Mahyuddin (YPM) yang memasang baliho atau Billbord bertuliskan ‘DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’ dan bergambar YPM, bisa dilihat di simpang Flyover Polda Sumsel.
Tulisan yang bernuansa gimik yang terkhusus untuk menarik perhatian pihak yang sempat membaca pastinya mengandung makna tersimpan bagi sang pencetus pembuat ide tersebut.
Di era digitalisasi ini, kemunculan gimik serupa dengan tema berbeda tentu nya sangat tidak asing. Soal penafsiran pun terkadang juga sangat bervariasi tergantung dari sudut mana para pembaca mau menterjemahkannya dan menginterprestasikannya.
Lazimnya pembaca dalam mengartikan sebuah gimik kerab mengunakan 2 (dua) sudut tafsir yakni tekstual dan kontekstual.
Terkait tujuan utama pencetus ide disebutkan diatas selain semata mata untuk menjadi “Eyes-catching” (Pandangan yang mengadung kesan), Kebanyakan juga gimik bersifat eksplotif atau memancing respon yang reacktif terutama dari para pembaca gimik.
Bentuk Gimik bukan hanya tulisan tetapi juga gambar gambar yang penuh daya tarik yang juga tergantung dengan selera dan strategi para pencetus ide gimik.
Baliho atau Billbord bertuliskan ‘DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’ dan bergambar YPM dengan ekspresi senyum khas nya itu seraya menunjukan sebuah dompet berisikan uang lembaran rupiah memperkuat isi tulisan diatasnya ‘DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’.
Tafsir Tekstual Dan Kontekstual
Seperti diketahui dalam hal membuat interprestasi secara kontekstual terdapat hal yang menentukan makna sebuah gimik yang tentu saja tidak terlepas dari unsur : 1) waktu time (waktu, masa) 2) karakter, kapasitas (who) politisi, pejabat, orang biasa dan lain sebagainya dan juga 3 ) tempat dimana sang karakter dalam gimik itu berbicara. Sementara jika secara tektual hanya berkutat pada apa yang dapat dibaca dan dilihat dari teks dan gambar saja.
‘DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’ berisikan 5 (lima) suku kata yang kosa kata Bahasa local Palembang Bahasa Indonesia nya “DUIT SENDIRI TIDAK PAKAI APBD” sebenarnya secara tekstual bukan berbentuk kalimat sebab tidak ada Subjek nya jika kalimat verba dan kata penunjuk jika itu Kalimat Nomina.
Namun, deretan kosa kata ‘DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’ tersebut cenderung terkategori pada kalimat nomina yang mana pencetus ide gimik tersebut menyimpan atau membuang kata “INI” sebelum ‘DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’ hingga kalimat lengkapnya kira kira ‘INI DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’ dan Ejaan Bahasa Indonesia nya “INI DUIT SENDIRI TIDAK PAKAI/MNGGUNAKAN APBD”.
Alasan tidak digunakan nya kata “INI” pada ‘DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’ seperti disebutkan diatas lagi lagi selera dan lebih ekspresif terwakili dari poto YPM yang menunjukan isi dompet yang mana dompet termasuk barang privacy merupakan barang pribadi miliknya yang juga memperkuat frasa pada ‘DUIT DEWEK’.
Simbolisasi Financial
YPM dalam gimik nya ini menggunakan dua symbol yang mewakili keuangan (Financial) bahwa bukan tidak mungkin dan bukan rahasia umum Pemilu dan Pilkada bahwa yang selalu menjadi pertimbangan adalah selain popularitas yang melahirkan elektabilitas tentunya factor Financial juga menjadi modal utama dalam kontestasi politik.
Meski tidak disampaikan secara gamblang dalam gimiknya ini, YPM juga menyampaikan pesan tersirat maju nya dirinya itu, yang merupakan sosok berlatar belakang dari Akademisi, Pengusaha dan juga sebagai ketua Partai.
Dengan mangacu pada tafsir Kontekstual maka ‘DUIT DEWEK’ dan “simbolisasi dompet berisi lembaran uang rupiah kertas” tidak serta merta diartikan sebagai “Uang” dalam artian sempit akan tetapi lebih menunjukan kesiapan dirinya untuk maju dengan memahami pentingnya Elektabiltas dan financial yang juga ia coba akan persiapkan (hanya dirinya yang tau, red).
Frasa “DAK PAKE APBD” atau ‘TIDAK MENGGUNAKAN APBD’ yang mana frasa tersebut sempat disampaikan langsung oleh YPM diberbagai platform media dan medsos bahwa dirinya masih bisa berbuat dan peduli ke masyarakat dengan program yang telah berjalan diantara nya beras murah, sunatan massal, fogging, ambulan dan lain sebagainya yang tidak menggunakan APBD jelas saja begitu bahwa dirinya bukan lah pengguna anggaran yang berhak menggunakan APBD.
Bahkan lebih liarnya lagi ada komentar yang merespon Baliho atau Billbord bertuliskan ‘DUIT DEWEK DAK PAKE APBD’ dan bergambar YPM tersebut merupakan bentuk kekhawatiran YPM akan popularitas sosok tertentu.
Terlepas dari dugaan dan sangkaan itu semua, bagi penulis Frasa “DAK PAKE APBD” atau ‘TIDAK MENGGUNAKAN APBD’ yang mungkin banyak pihak kurang sepaham dengan tulisan ini bahwa bisa saja APBD secara liar diartikan sebagai fasilitas Negara dan ada factor Kuasa. Dan juga bahwa ada kesan yang tersirat bahwa gimik diatas menyiratkan akan aturan dan kebijakan secara umum bagi stakeholder terkait untuk mengawasi serta mewanti wanti Penggunaan APBD yang harus tepat sasaran sesuai dengan komitmen saat dilantik.
Kosa kata APBD yang ditulis dengan warna merah memperkuat simbol warning bahwa yang menerima kuasa anggaran adalah kepala daerah di banyak daerah baik itu pada level pemerintahan Provinsi dan pemkab dan juga pemkot yang tidak jarang juga diderah kasus gratifikasi sebab kerab terjadi jual beli proyek yang mana pada gimik ini bisa saja diinterprestasikan bahwa KPK, Polri dan Kejagung perlu dingatkan kembali untuk memperketat pengawasan APBD di era tahun Pilkada 2024.
Penulis Arjeli Sy Jr Mantan Dosen, Latar Belakang Sastra Inggris Saat ini Aktif di media dan Pegiat Anti Korupsi Sumsel