Energi Bersih Asia Tenggara Tertantang oleh Ketergantungan Batubara dan Kesenjangan Infrastruktur
JAKARTA, GESAHKITA COM—-Asia Tenggara menghadapi tantangan besar dalam upayanya mencapai masa depan energi bersih, menurut laporan baru oleh Hinrich Foundation yang berjudul “Jalan Asia Tenggara menuju energi bersih hampir bersih.” Meskipun potensi energi terbarukan di kawasan ini melimpah, interaksi berbagai faktor yang kompleks menghambat kemajuan.
Ketergantungan yang besar pada batu bara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia, merupakan kendala yang signifikan. Hubungan politik yang mengakar dan korupsi di sektor ini telah menghambat transisi ke sumber energi yang lebih bersih.
Selain itu, kurangnya kebijakan yang mendukung dan pasar listrik yang kompetitif telah menghambat investasi swasta dalam energi terbarukan.
Ketegangan geopolitik dan kerentanan rantai pasokan semakin mempersulit aspirasi energi bersih di kawasan tersebut. Dominasi teknologi Tiongkok di sektor tenaga surya dan angin telah menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara yang berupaya mendiversifikasi rantai pasokan mereka.
Investasi besar-besaran dalam infrastruktur jaringan sangat penting untuk mengakomodasi integrasi sumber energi terbarukan.
Namun, Asia Tenggara tertinggal dalam mengembangkan jaringan transmisi yang diperlukan, khususnya jaringan tegangan ekstra tinggi dan tegangan sangat tinggi. Kurangnya kerja sama regional dalam pengembangan jaringan juga menghambat kemajuan.
Meskipun laporan tersebut mengakui beberapa perkembangan positif, seperti meningkatnya pemasangan energi terbarukan dan meningkatnya minat investor, laporan tersebut menggarisbawahi perlunya upaya bersama untuk mengatasi tantangan ini.
Angka-angka penting:
Bauran pembangkit listrik Asia Tenggara: Batubara (41%), gas (30%), minyak (9%), hidro (12%), energi terbarukan (8%).
Pembangkitan listrik Indonesia sangat bergantung pada batubara, meliputi 62% dari total pembangkitan.
China mendominasi pasar panel surya fotovoltaik global dengan hampir 80% kapasitas produksinya.
Laporan ini menjadi peringatan bagi para pembuat kebijakan dan investor di kawasan tersebut.
Untuk mengatasi tantangan ini diperlukan pendekatan komprehensif yang mencakup reformasi kebijakan, pembangunan infrastruktur, dan kerja sama internasional.
Menuju Energi Bersih, Kata Laporan Ketergantungan Asia Tenggara pada bahan bakar fosil untuk memenuhi permintaan energi yang meningkat terbukti menjadi kerentanan yang signifikan dalam krisis energi saat ini.
Memenuhi target keamanan energi dan emisi akan mengharuskan negara-negara di kawasan tersebut untuk melakukan upaya besar guna meningkatkan efisiensi energi, mempercepat pembangkitan daya terbarukan, dan beralih.