Kelas menengah Indonesia menyusut selama lima tahun berturut-turut
JAKARTA, GESAHKITA COM —- Kelas menengah Indonesia telah menyusut selama lima tahun terakhir, Jakarta Post melaporkan pada hari Selasa.
Namun, pemerintah Indonesia telah menegaskan bahwa situasi ekonomi tetap terkendali, meskipun ada peringatan dari para pebisnis dan analis.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kelas menengah sebagai mereka yang memiliki pengeluaran bulanan sekitar Rp2,04 juta ($130) hingga Rp9,91 juta (lebih dari $627), setara dengan 3,5 hingga 17 kali garis kemiskinan Rp582.932 pada tahun 2024.
Mereka yang pengeluaran bulanannya berada di antara garis kemiskinan dan 1,5 kali jumlah tersebut dikategorikan sebagai rentan terhadap kemiskinan, sedangkan mereka yang pengeluarannya 1,5 hingga 3,5 kali angka tersebut disebut sebagai calon kelas menengah.
Mengacu pada klasifikasi tersebut, diperkirakan 17,13% penduduk Indonesia masuk dalam kategori kelas menengah pada tahun 2024, jauh di bawah pangsa 21,45% lima tahun lalu, menurut BPS.
Penurunan ini telah menyebabkan peningkatan dalam kategori lain, yaitu calon kelas menengah dan mereka yang rentan terhadap kemiskinan.
Mempertahankan kelas menengah dan kelompok calon kelas menengah dianggap penting karena BPS mengatakan keduanya berkontribusi lebih dari 81% dari total konsumsi negara, menjadikannya pendorong penting perekonomian.
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan, menyusutnya kelas menengah bisa jadi disebabkan pemerintah terlalu sibuk dengan politik, yang tidak hanya menyita waktu, tetapi juga porsi belanja negara yang cukup besar.
Dalam beberapa kasus, pengeluaran sosial telah dicairkan terlambat, yang dapat menjadi faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi, tambahnya.
Sementara itu, data BPS menunjukkan penyusutan populasi kelas menengah sudah dimulai sejak berakhirnya pandemi Covid-19.
Output ekonomi negara itu hanya meningkat 4,95% per tahun pada Q3/2024, menurut BPS, lebih rendah dari tingkat rata-rata 5% yang biasanya dicapai setiap kuartal.
Terjadi pula perlambatan konsumsi rumah tangga, komponen utama ekonomi nasional, yang memberikan kontribusi lebih dari 50% terhadap PDB.