idul fitri, dprd kabupaten pasuruan
Edu  

Orang dewasa yang lebih tua cenderung kurang memikirkan ciri kepribadian mereka dibandingkan orang dewasa yang lebih muda

foto ilustrasi lelaki dewasa sedang berkaca melihat diri sendiri

Orang dewasa yang lebih tua cenderung kurang memikirkan ciri kepribadian mereka dibandingkan orang dewasa yang lebih muda

JAKARTA, GESAHKITA COM—–Orang dewasa yang lebih tua kurang merenungkan ciri-ciri kepribadian mereka daripada orang dewasa yang lebih muda, dan orang-orang dengan stabilitas emosional yang rendah atau ekstroversi cenderung lebih banyak merenungkan ciri-ciri ini, menurut temuan baru yang diterbitkan dalam Self & Identity .

Refleksi diri membantu individu memahami pikiran, perasaan, dan perilaku mereka serta memainkan peran penting dalam pengembangan kepribadian.

Mane Kara-Yakoubian kolumnis pada laman psyco post mengupas nya dibawah ini jika tertarik membaca.

Meskipun ciri-ciri kepribadian berkembang sepanjang hidup, perkembangan ini melambat seiring bertambahnya usia. Salah satu alasan yang diajukan adalah bahwa orang dewasa yang lebih tua mungkin lebih jarang merenungkan perilaku dan sifat mereka.

Penelitian sebelumnya telah meneliti refleksi diri secara umum, seperti renungan filosofis atau merenung berulang-ulang, tetapi jarang berfokus pada refleksi khusus sifat seperti membandingkan diri sendiri dengan orang lain atau dengan diri sendiri di masa lalu. Refleksi khusus ini dapat menjelaskan dengan lebih baik bagaimana kepribadian berubah seiring waktu, terutama untuk sifat yang terkait erat dengan kesehatan mental, seperti ekstroversi dan stabilitas emosional.

Dengan menggunakan sampel rentang hidup yang besar dari Jerman dan AS, Gabriela Küchler dan rekan-rekannya berusaha menjelaskan bagaimana orang-orang dengan usia dan kepribadian yang berbeda merefleksikan sifat-sifat seperti ekstroversi dan stabilitas emosional, dan bagaimana perilaku ini dapat mendukung atau menghambat perkembangan kepribadian dari waktu ke waktu.

Para peneliti merekrut sampel beragam yang terdiri dari 615 orang dewasa dari Jerman (n = 313) dan Amerika Serikat (n = 304), berusia antara 18-84 tahun. Peserta direkrut menggunakan Clickworker, sebuah platform crowdsourcing daring, dan diharuskan fasih berbahasa Inggris atau Jerman, memiliki akses komputer, dan berusia minimal 18 tahun. Sampel akhir diseimbangkan di lima kelompok usia dan jenis kelamin, dengan kuota yang memastikan heterogenitas demografis.

Refleksi diri secara umum dinilai menggunakan skala yang divalidasi yang membedakan antara refleksi eksploratif (introspeksi filosofis yang penuh pertimbangan) dan refleksi ruminatif (pemikiran negatif dan repetitif). Refleksi diri yang spesifik terhadap sifat difokuskan pada seberapa sering peserta membandingkan diri mereka dengan orang lain atau diri mereka di masa lalu dalam hal dua sifat kepribadian, yaitu ekstroversi dan stabilitas emosional.

Perbandingan ini diukur menggunakan item-item tertentu yang dirancang untuk menangkap penilaian diri sosial dan temporal. Untuk menilai kepribadian, peserta menyelesaikan Big Five Inventory-2, yang mengukur tingkat keterbukaan pikiran, stabilitas emosional, dan ekstroversi.

Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang mendapat skor lebih tinggi dalam keterbukaan pikiran dilaporkan lebih terlibat dalam refleksi diri yang eksploratif, yang menunjukkan bahwa rasa ingin tahu dan keinginan untuk memahami diri sendiri mendorong bentuk introspeksi ini.

Sementara itu, mereka yang memiliki stabilitas emosional yang lebih tinggi, yang berarti mereka yang mengalami lebih sedikit kecemasan dan ketidakstabilan emosional, melaporkan tingkat refleksi yang lebih rendah, yang menunjukkan bahwa mereka cenderung tidak berkutat pada pengalaman negatif.

Terkait refleksi khusus sifat, individu dengan tingkat stabilitas emosional atau ekstroversi yang lebih rendah cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain atau diri mereka di masa lalu dengan sifat yang sama. Menariknya, ekstroversi terutama dikaitkan dengan perbandingan sosial, sedangkan stabilitas emosional dikaitkan dengan perbandingan sosial dan masa lalu.

Usia juga memainkan peran penting dalam membentuk refleksi diri. Orang dewasa yang lebih tua umumnya cenderung tidak terlibat dalam refleksi yang bersifat merenung dan spesifik terhadap suatu sifat, dengan pola ini tetap ada bahkan setelah memperhitungkan tingkat sifat kepribadian mereka. Namun, melemahnya hubungan antara sifat kepribadian dan refleksi diri yang diharapkan seiring bertambahnya usia tidak terjadi.

Bahkan, dalam beberapa kasus, asosiasi tersebut semakin kuat pada orang dewasa yang lebih tua. Misalnya, orang dewasa yang lebih ekstrovert cenderung tidak membandingkan diri mereka dengan diri mereka di masa lalu dibandingkan dengan teman sebaya mereka yang kurang ekstrovert.

Demikian pula, orang dewasa yang lebih tua yang stabil secara emosional cenderung tidak membandingkan diri mereka dengan orang lain. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun orang dewasa yang lebih muda mungkin lebih banyak melakukan refleksi diri secara keseluruhan, perilaku refleksi orang dewasa yang lebih tua lebih terkait erat dengan ciri kepribadian mereka yang sebenarnya.

Studi ini hanya menguji refleksi yang terkait dengan dua sifat—ekstroversi dan stabilitas emosional—dengan demikian, temuannya mungkin tidak dapat digeneralisasi ke sifat kepribadian lainnya.

Studi, “ Refleksi diri sepanjang rentang hidup dewasa: asosiasi dengan ciri-ciri kepribadian dalam sampel binasional ,” ditulis oleh Gabriela Küchler, Kira SA Borgdorf, Corina Aguilar-Raab, dan Cornelia Wrzus.

psycopost alih bahasa gesahkita