*YKAN dan Mitra Luncurkan Program MERA untuk Pengembangan Pengelolaan Pesisir Terpadu dan Mempromosikan Solusi Iklim Alami di Provinsi Sumatera Selatan
PALEMBANG, GESAHKITA COM–Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), didukung Temasek Foundation dan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, meluncurkan Program Pengembangan Pengelolaan Pesisir Terpadu dan Mempromosikan Solusi Iklim Alami melalui kerangka kemitraan Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) di Provinsi Sumatera Selatan.
Peluncuran program ini ditandai dengan lokakarya yang digelar di Palembang pada 4 November 2021.
Sperti diketahui Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang memiliki mangrove seluas158.900 hektare (KLHK, 2021) yang merupakan 27,98% dari total luas mangrove di Sumatera (567.900 ribu hektare) atau 4,72% dari total luas mangrove di Indonesia (3,364 juta hektare). Sehingga diperlukan langkah-langkah strategis untuk menjaga keberlanjutannya. Palembang, 5 November 2021
Hadir dalam dalam Lokarya tersebut, Gubernur Sumatera Selatan H Herman Deru dalam sambutannya menyampaikan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap upaya-upaya perlindungan ekosistem mangrove.
Sebab itu kata Gubernur, pihak nya dalam menjalankan program-program strategis pengelolaan pesisir terpadu, siap membuka diri untuk bekerjasama dengan para pihak agar program-program yang telah ditetapkan dapat lebih cepat teralisasi.
“Untuk itu saya menyambut baik hadirnya Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) di Provinsi Sumatera Selatan yang akan mempunyai wilayah dampingan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), “ujar nya.
Sambungnya, “Pada kesempatan ini, saya juga menyampaikan penghargaan kepada YKAN dan mitra pendukungnya yaitu Temasek Foundation dan APP Sinar Mas atas inisiasinya untuk membantu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam pengembangan pengelolaan pesisir terpadu melalui Program MERA tersebut, “tegas Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Pandji Tjahjanto menegaskan Program restorasi mangrove harus dibarengi dengan perencanaan yang baik.
“Maka jika perencanaan yang baik tentu akan memperolah hasil yang baik pulas, “tegas Kadishut Sumsel itu.
Selain itu, Pandji juga menyebutkan bahwa dengan adanya Program MERA diharapkan akan ada perencanaan yang komprehensif terhadap pengelolaan mangrove di Provinsi Sumatera Selatan.
“Kita bisa wujudkan perencanaan itu menjadi satu kegiatan restorasi mangrove yang mempunyai dua manfaat. Selain untuk melestarikan mangrove itu sendiri juga berkontribusi kepada meningkatnya perekonomian masyarakat,” tukasnya.
Kepedulian terhadap pelestarian ekosistem mangrove juga menjadi perhatian pihak swasta yang tergabung dalam aliansi MERA di Provinsi Sumatera Selatan yaitu Temasek Foundation dan APP Sinar Mas.
Chief Executive Temasek Foundation Liveability Lim Hock Chuan dalam paparanya mengatakan, perlindungan dan restorasi mangrove merupakan salah satu solusi berbasis alam yang penting untuk mengatasi masalah perubahan iklim.
“Hal ini juga dapat berkontribusi kepada perbaikan ekosistem pesisir dan peningkatan mata pencaharian masyarakat, “katanya
Sebab itu pihaknya bersama para mitra nya di sini, Temasek Foundation berharap program ini dapat menjadi model perlindungan dan restorasi mangrove yang berkelanjutan di Kabupaten OKI dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Kami juga berharap model ini dapat direplikasi di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya, melalui kemitraan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat setempat,” kata Lim Hock Chuan.
Hal senada diungkapkan oleh Head of Landscape Conservation Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, Jasmine NP Doloksaribu yang mengungkapkan, “APP Sinar Mas yang bergabung dalam MERA mendukung misi bersama untuk inisiatif konservasi dan restorasi ekosistem mangrove di Indonesia.
“ Melalui program restorasi ekosistem pesisir ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk mitigasi perubahan iklim, mengurangi risiko bencana, serta dapat memberikan manfaat kepada masyarakat,” terangnya.
Seperti diketahui juga, dalam pelaksanaannya, Program MERA akan bekerja di Kabupaten OKI. Desa-desa pesisir di wilayah OKI banyak mengandalkan perikanan dan budidaya tambak sebagai mata pencaharian mereka.
Namun, di wilayah pesisir ini pengembangan tambak yang berlebihan telah menyebabkan tingkat degradasi mangrove yang tinggi, sehingga mengurangi kemampuan ekosistem untuk mendukung produksi hasil tambaknya.
Kepala Sinergi pengelolaan pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan Widada Sukrisna menilai, Ekosistem mangrove yang sehat akan mendukung produktivitas perikanan.
Dengan hadirnya Program MERA di Provinsi Sumatera Selatan, katanya pihaknya berharap dapat membantu memperbaiki ekosistem mangrove yang telah rusak.
“Tentu kami juga akan mendukung pelaksanaan program di lapangan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Musi Sulthani Aziz berpendapat dalam lokakarya tersebut bahwa Aspek sosial adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dalam pengelolaan pesisir.
Menurutnya, Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian mangrove menjadi faktor sukses upaya restorasi mangrove.
“Tugas kita adalah membangun satu skema pelestarian lingkungan. Pada prosesnya masyarakat harus dilibatkan, sehingga terbangun sebuah sinergi yang baik antara pemerintah dan masyarakat,” ucapnya.
Hal serupa dipaparkan Danang Kuncara Sakti, selaku Kepala Seksi Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menurutnya, Salah satu upaya memberi ruang kepada masyarakat untuk mengelola hutan pesisir adalah melalui skema perhutanan sosial.
”Perbaikan mangrove yang rusak dapat disinergikan dengan upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Langkahnya melalui peningkatan peran ekosistem mangrove untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pengembangan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan serta pengembangan model pengelolaan mangrove produktif melalui sistem budidaya silvofishery untuk meningkatkan produksi udang, kepiting, ikan sekaligus melestarikan mangrove,” tandasnya.
Strategi pengelolaan kolaboratif berbasis ekosistem, termasuk restorasi dan manajemen terpadu menjadi hal penting yang harus diupayakan dalam konteks pengelolaan pesisir terpadu.
Upaya untuk melestarikan dan merestorasi mangrove merupakan tanggung jawab kita semua. Semangat ini yang diusung lewat MERA. MERA merupakan platform nasional multipihak, yang digagas YKAN, untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir, menjaga sumber daya dan aset alam, serta berkontribusi dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
“Program MERA juga mengusung pendekatan solusi berbasis ekosistem yang akan menghasilkan ‘triple-wins’, yaitu mengurangi risiko bencana yang efektif dari segi biaya, mendukung konservasi keanekaragaman hayati, serta meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Alam Nusantara Herlina Hartanto.(**)
Sumber : YKAN
Editor : Arjeli Sy Jr