POSO, GESAHKITA COM–Meski Produksi beras petani di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada musim tanam kedua tahun ini surplus sebanyak 4.825 ton, namun bukan berarti persoalan hasil panen beras petani lepas dari kendala.
Data yang ada Kebutuhan pangan warga Kabupaten Poso hanya 402 ton. Sementara kelebihan stok beras Kabupaten Poso minggu ke 4 Mei 2021 sebesar 4.423 ton.
Hal tersebut membuahkan persoalan baru, sebab kelebihan produksi beras tersebut harga jualnya rendah dan kurang diminati oleh pembeli beras dari luar daerah.
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Poso, mengeluarkan pernyataan bahwa kelebihan produksi beras tersebut harga jualnya rendah dan kurang diminati.
“Kelebihan produksi beras petani yang merupakan stok pangan bagi daerah ini harganya menjadi kurang baik sebab mutu berasnya rendah. Sehingga sampai saat ini banyak beras petani Poso belum terjual dan dibeli oleh padagang dari luar daerah sebab kualitasnya rendah,” katanya, Kamis (10/6) diberitakan kumparan.
Rusnah selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Poso, mengakui jika pihak Bulog Poso juga tidak membeli semua stok beras petani Poso. Alasannya kualitas berasnya tidak memenuhi standar mutu mereka.
“Kami kemarin baru selesai rapat untuk membahas stok kelebihan panen petani Poso sampai akhir Mei yang ternyata belum dibeli pedagang beras. Pihak Bulog Poso juga tidak membeli beras produksi petani Poso sebab kriteria atau persyaratan berasnya belum sesuai dengan standar mereka. Kadar air beras petani Poso masih di atas angka 7 persen, sedangkan BUMN itu membeli beras untuk stok Bulog dengan kadar air di bawah 7 persen,” ungkap Rusnah.
Kendala bagi petani padi Poso adalah teknik cara tanam dan beberapa hal lain yang sangat berpengaruh pada kualitas produksi beras itu sendiri.
“Dalam rapat koordinasi Dinas Ketahanan Pangan Poso ditemukan beberapa faktor penyebab menurunnya mutu beras bagi petani padi di daerah ini seperti, cara tanam terkait dengan peran penyuluh dalam memberikan edukasi pada petani, ketersediaan lantai jemur yang sesuai standar Mentan,” ujar Rusnah.
Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Suratno, Kamis (10/6), menjelaskan, sebenarnya tidak semua diakibatkan oleh kesalahan manusia (human error). Karena terbukti ada ratusan ton beras yang sempat dibeli oleh Bulog.
Ia menuturkan, faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas beras petani daerah ini adalah akibat waktu panen yang bersamaan dengan cuaca yang tidak bersahabat, curah hujan yang tinggi. Ditambah lagi peralatan pengering gabah yang jumlahnya sangat kurang memadai.
“Kebanyakan mengandalkan lantai jemur di penggilingan yang jelas sangat terbatas sehingga mengantri jemuran, menyebabkan penurunan kualitas gabah, sedangkan mesin pengering (drayer) yang ada jumlahnya sangat terbatas, kapasitasnya pun sangat terbatas,” terang Suratno.
Kadis Pertanian Poso itu juga menyebutkan jika tahun ini, Bulog membeli beras petani di Kecamatan Poso Pesisir sekitar 400 ton, di Pamona Barat 80 ton. “Memang tidak signifikan dibandingkan total panen,” ujarnya.
Selain faktor teknis tadi lanjutnya, petani kadang yang menolak menjual beras ke Bulog karena persyaratan terlalu rumit dan harganya juga kurang menguntungkan bagi petani. Soal pemupukan petani sudah tahu cara pemupukan berimbang. Tapi kadang pupuknya yang tidak tersedia secara tepat baik waktunya maupun jumlahnya
“Terkait kinerja para penyuluh di lapangan sesuai dengan pemantauan kami telah maksimal, buktinya pihak Bulog Poso berani membeli ratusan ton beras milik petani Poso di beberapa kecamatan,” tandas nya.(kmp/reds)