JAKARTA, GESAHKITA COM—Siapa yang tak kenal dengan H Rhoma Irama atau belakangan public music Indonesia lebih mengenal sang raja dangdut itu dengan sebutan Bang Haji atau lengkap Bang Haji Rhoma. Selain maha karya yang sangat bagus mulai lirik, arangmen serta penataan music sangat diakui bahkan oleh musisi di luar genre dangdut itu sendiri.
Bahkan atas syair syair nya juga salah satu universitas beken di Amerika memberikan Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) kepada pentolan grup Sonata itu.
Seperti diketahui Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh suatu Perguruan Tinggi kepada seseorang yang dianggap telah berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Hampir semua lirik yang digubah Bang Haji sarat akan muatan syiar Agama dan tak beberapa lagu nya sebelum bahkan juga diawali dengan ayat Quran, sebab itu juga dia Bang Haji dengan Nada dan Dakwah hingga saat ini masih tidak ada yang menyamai nya.
Misalnya saja yang kita ambil salah satu lirik lagu yang berjudul ‘Sebujur Bangkai’ sebagai contoh betapa lugas nya dia (Bang Haji) memberi gambaran ke kita sebagai manusia bahwa atas kehendak nya sang pencipta kita harus ingat akan akan kehidupan yang sebenarnya nanti dan jangan hanya enak enak sesaat di kehidupan sementara ini.
Para kyai juga kerap mengingatkan untuk menjadi taqwa salah satu nya bahwa kita harus ingat seolah olah kita akan mati besok, dengan maksud ketika ajal tiba tidak ada bisa menolong di dunia ini walaupun keluarga terdekat pun.
Tegasnya lagi Bang Haji menyampaikan bahwa semua orang akan merasakan nanti nya bagaimana ketika manusia yang hidup ini ketika menjadi bangkai.
Nah singkat nya jika penasaran dengan lirik lagu Bang Haji “ Sebujur Bangkai” simak dibawah ini…!
“ Sebujur Bangkai”
Badan pun tak berharga
Sesaat ditinggal nyawa
Anak istri tercinta
Tak sudi lagi bersama
Secepatnya jasad dipendam
Secepatnya jasad dipendam
Karena tak lagi dibutuhkan
Diri yang semula dipuja
Kini bangkai tak berguna
Dari kamar yang indah
Kasur empuk tilam putih
Kini harus berpindah
Terkubur dalam perut bumi
Kalau selama ini
Diri berhiaskan
Emas intan permata
Bermandi cahaya
Tetapi kali ini
Di dalam kuburan
Gelap pekat mencekam
Tanpa seorang teman
Terputuslah
Pergaulan
Terbujurlah sendirian
Diri terbungkus kain kafan
Wajah dan tubuh indah
Yang dulu dipuja-puja
Kini tiada lagi
Orang sudi menyentuhnya
Jadi santapan cacing tanah
Jadi santapan cacing tanah
Sampai yang tersisa kerangka
Begitulah suratan badan
Ke bumi dikembalikan
Kebanyakan manusia
Terlena sehingga lupa
Bahwa maut ‘kan datang menjelang