JAKARTA, GESAHKITA COM—Aku tidak ingin lagi mencurahkan perasaanku lagi pada angin karena angin paling suka berubah ubah arah. Dia paling suka berpindah pindah seperti remaja yang sedang mencari jati diri nya.
Angin belum mau belajar apa arti kesetiaan atau bahasa keren nya loyal. Malahan sisi lain dari angin paling aku tidak suka, karena dia paling sering bikin aku sendiri kewalahan karena terlalu royal. Dia suka ngoceh sana sini seperti lirik lagu slang seperti tong kosong nyaring bunyi nya.
Angin malahan akhir akhir ini tidak bisa menelusup kampus dimana kata nya ada bunga kampus sedang teriris hati nya. Dan angin masih enggan pergi kesana padahal katanya saat ini BOR wilayah ini sudah menurun dan melandai.
Mungkin saja Angin sedang memasuki tahapan skripsi dan dia sedang belajar memahami arti pertimbangan dan perimbangan tidak memikirkan bapak mau bayar berapa.
Angin memang tampak cemas mas…! Bunga kampus secepat itu menghilang, padahal yang nama nya harumnya saja sampai kemana mana, apalagi sempat mampir ke meja redaksi sempat terproyeksi, hmm kenapa tak terendus lagi.
Angin memang tak mau mengulang kisah cinta di kampus yang kandas menyakitkan itu, angin malahan merasa alergi mengutik utik kisah asmara nya itu. Namun, Angin menjadi terheran heran obat penyembuh semacam apa bisa sehebat itu mampu mengobati hati teriris perih.
Angin tertunduk lesu mengenang bunga kampus jadi rebutan, jadi bahan ocehan tak berujung, kemudian menguap begitu saja.
Bagi Angin tidak terbersit sedikitpun untuk membuat bunga bunga seluruh kampus menjadi berbunga bunga, sebab angin jangan ditanya kefasihan nya dalam membelai dan membuai.
Cukup beralasan bagi angin jika mempertanyakan kejujuran bunga kampus seraya membayangkan kening indah, lalu bergeser ke rona merah pipi mulus bercahaya hingga merah bibir merekah.
Ingin rasa Angin kembali ke kampus dikelilingi bunga bunga kampus, rindu rasa nya senda gurau di kantin kampus, lalu mengurai kisah sederet deret dosen killer icon intelektualitas kaum akademisi.
Penulis : Angin