PALEMBANG, GESAHKITA COM–Aryo Damar atau Aryo Dillah adalah pendiri kerajaan Palembang. Ia sebenarnya mewakili Kerajaan Majapahit di Palembang Lamo (atau nantinya disebut Kerajaan Palembang), dengan gelar Adipati Ario Damar yang berkuasa antara tahun 1455 hingga tahun 1486. Ketika ia datang ke Palembang, rakyat dan penduduk di daerah ini sudah beragama Islam.
Untuk mengenang jasa leluhur Paguyuban Pujakesuma Sumatera Selatan Jum’at 29 Oktober 2021, melaksanakan kegiatan Diskusi dan ziarah makam raja raja palembang, ada berapa putaran diskusi dan ziarah makam yang akan dilakukan, diskusi pertama Paguyuban Pujakesuma Sumatera Selatan memulainya dari makam Aryo Dillah .
“Rangkaian ziarah dan diskusi yang akan dilakukan setiap bulan ke makam-makam raja dan sultan Palembang, dilaksanakan di area makam Aryo Dillah di Jl. Ariodillah Demang Lebar Daun Palembang, kata Hernoe Roesprijadji Penasehat Paguyuban Keluarga Pujakesuma .
Diskusi dan ziarah makam ini dipandu oleh Vebri Al-Lintani dengan narasumber, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, SH., MKn, Hernoe Roesprijadji, SIP., MH., MSi, Penasehat Paguyuban Keluarga Besar Pujakesuma; dan Kms.Ari Panji, SPd., MSi.
RM Fauwaz Diradja, SH., MKn selaku pewaris Kesultanan Palembang Darussalam “sangat mengapresiasi kegiatan diskusi dan ziarah makam yang diinisiasi oleh Paguyuban Pujakesuma Sumatera Selatan. Ia berharap dari diskusi ini akan muncul langkah konkrit bagaimana menjaga dan memperlakukan makam para leluhur kerajaan dengan mengedepankan etika dan aturan atau tata krama yang baik”.Kata Fauwaz Diraja.
“Makam ini merupakan situs dan jejak sejarah yang harus kita jaga bersama. Apalagi Aryo Dillah merupakan pendiri Kerajaan Palembang, maka sudah sepatutnya kita menziarahinya dan mengurus makam dan lingkungannya dengan cara yang baik,” ujar Sultan Mahmud Badaruddin IV ini.
Pada kesempatan yang sama, kms Ari Panji sejarawan mengatakan” pelurusan sejarah Palembang sangat penting dilakukan, kenapa penting pelurusan sejarah ini nenurut Ari Panji untk aku menyelesaikan kontroversi munculnya dua makam Ario Dillah di lokasi yang tidak berjauhan dan pembuktian otentisitas makam itu sendiri.”jelas Ari Panji.
“Ario Dillah adalah tokoh besar, makamnya merupakan situs sejarah yang sangat bernilai. untuk itu perlu melibatkan ahli sejarah dan ahli arkeologi untuk mengetahui kepastian mana yang otentik dari dua makam yang ada ini yang benar-benar makam Ario Dillah,” ujar Ari Panji menambahkan.
Ketua Paguyuban Pujakesuma Hernoe Roesprijadji sekaligus inisiator kegiatan Ziarah dan Diskusi ini mengatakan “makam Ario Dillah yang notebene adalah makam seorang tokoh besar kondisinya sekarang ini kurang mendapat perhatian. Sebagai bangsa yang menghargai para pahlawan, sudah seharusnya kita terpanggil untuk merawatnya dengan baik sehingga makam Aryo Dillah ini bisa menjadi salah satu sumber edukasi bagi para generasi muda”, ungkap Hernoe.
Makam-makam para pendiri dan leluhur kota Palembang harus dirawat dan dijaga dengan baik agar tetap dapat diziarahi, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa ini
“Ario Dillah ini diakui sebagai tokoh dari Kerajaan Majapahit yang ditugaskan menjadi Adipati Palembang dan memiliki peran yang cukup besar terhadap berdirinya kota Palembang. Meskipun Ario Dillah adalah utusan Majapahit, ia merupakan penguasa di Palembang,” terangnya.
Selain tokoh umaro, Ario Dillah juga merupakan tokoh ulama yang turut berdakwah mensyiarkan agama Islam di bumi Nusantara, khususnya di wilayah Palembang dan sekitarnya”, ujar Hernoe menambahkan.
Hadir dalam diskusi dan ziarah makam diantaranya Staf ahli Gubernur Bidang Pariwisata Abdul Aziz Kamis , Ribuan nata mewakili kepala dinas kebudayaan dan pariwisata Provinsi Sumatra Selatan, RM. Ali Hanafia Budayawan Palembang, Saudi berlian akademisi, dinas kebudayaan kota Palembang, Beni Mulyadi Pembina adat Sumsel, tokoh Palembang, Ketua bang Jafar guru mata pelajaran sejarah, Forum Kerukunan Mahasiswa Palembang (FKMP), Forum Palembang Bangkit (FPB), Camat Ilir Barat I, serta para pemerhati sejarah kota Palembang.(**)
Sumber : Media Center KPD