Berita hari ini, Situs terpercaya dan terupdate yang menyajikan informasi kabar harian terbaru dan terkini indonesia.
Indeks
selamat natal dan tahun baru hut ri

Tidak Ada Seorang pun di Dalam Air

JAKARTA, GESAHKITA COM—

“Tidak ada seorang pun di dalam Air,” sebuah Puisi oleh Tayi Tibble dalam Merayakan Festival Suara Dunia PEN Tahun Ini.

Dinukil gesahkita com dari laman literature hub, Tayi Tibble menjadi tajuk utama acara-acara Festival Suara Dunia PEN 2022 “ Ayat Ayat Dunia: Malam Puisi Internasional ” dan “ Nation to Nation: Indigenous Voices on Reckoning and Reconciliation .”

Tayi Tibble (Te Whānau ā Apanui/Ngāti Porou) lahir pada tahun 1995 dan tinggal di Wellington, Selandia Baru.

Pada tahun 2017, ia menyelesaikan gelar master dalam penulisan kreatif dari International Institute of Modern Letters, Victoria University of Wellington, di mana ia adalah penerima Adam Foundation Prize dalam Penulisan Kreatif.

Buku puisi debutnya, Poukahangatus akan terbit dari Knopf pada Juli 2022. Buku puisi keduanya, Rangikura , akan diterbitkan di Amerika Serikat pada 2023.

Sementara terkait Festifal Untuk informasi lebih lanjut tentang festival, yang berlangsung 11-14 Mei di New York dan Los Angeles, silakan kunjungi worldvoices.pen.org .

Berikut ini puisi nya, simak yuk:

“Tidak ada seorang pun di dalam Air”

Tidak ada yang pergi ke dekat danau lagi, tidak sejak
mereka menemukan tubuh coklat bengkak mengambang
di antara daun pōhutukawa dan kaleng bir.

Tidak ada lagi yang mendekati danau, karena baunya asam dan menyengat. Permukaannya telah mengental seperti susu basi,

atau begitulah yang kita bayangkan, karena tidak ada lagi yang mendekati danau dan tidak ada yang memberi makan bebek roti putih.

Sebaliknya mereka makan ikan dan keripik yang dibuang di luar toko dan mati di mulut pit bull berkerah merah.

Jadi bebek pun tidak lagi mendekati danau
karena tidak ada lagi yang mendekati danau, tetapi orang-orang melewatinya dan ingat untuk mengunci pintu dan memperingatkan anak-
anak mereka.

Tidak ada yang pergi ke dekat danau lagi karena noda seperti malu di kulit tebal kota dan
benar-benar tidak ada yang pergi ke dekat danau lagi karena tidak ada yang pernah melakukannya.

Dan orang bisa menebak,
mungkin itu sebabnya tubuhnya berakhir di sana, mengambang di tempat pertama.

Sumber : Lithub

Tinggalkan Balasan