PALEMBANG, GESAHKITA COM–
Karya Amanda Maida Lamhati
BERSATULAH SEMUT-SEMUT INDONESIA
Bersatulah semut-semut Indonesia
Sekawan gajah telah masuk kampung kita
Tubuh nya besar telapak kaki nya lebar
kita bisa diinjak injak Nya
Mereka tidak buas
Tapi mereka bisa beringas
Bersatulah semut-semut Indonesia
Jaguar dan leopard telah datang Mengobrak-abrik hutan kita
Mereka haus
Mereka Lapar
Menerkam
Mencengkram
Bersatulah semut-semut Indonesia
Sekawan kancil telah masuk ke rumah kita
Mereka Bersekutu Dengan Gajah, Jaguar dan Leopard
Mereka lugu
Mereka cerdik
Jangan kau tertipu
Palembang, 18 April 2018
***
Puisi Bersatulah semut-semut Indonesia merupakan puisi bagian dari Antologi Puisi Perahu Tak Lagi Kutambatkan oleh Amanda Maida Lamhati yang merupakan nama pena dari seorang Fir Azwar, salah satu penyair asal Sumatera Selatan.
Baru ini redaksi GESAHKITA.COM berhasil menemui dia di kediaman nya dan meminta izin untuk menjadikan karya nya ini, yang mana dia telah memulai menulis puisi semenjak tahun 1986 ini menjadi beredar di dunia Maya.
Sehingga dengan begitu karya nya ini menjadi koleksi dunia Sastra Indonesia secara umum dan Sastra Sumsel khususnya.
Redaksi bersyukur sebab pria yang akrab disapa Kak Fir ini mengaminkan Keinginan Redaksi GESAHKITA.com tersebut dan walaupun memang belum terwujud redaksi localhost/server/gkx juga bercita cita bakal membuat kritik sastra dan juga menerjemahkan Perahu Tak Lagi Kutambatkan dalam bahasa Inggris.
Berikut ini seperti tertulis di bagian akhir pada buku antologi Puisi Perahu Tak Lagi Kutambatkan yakni BIOGRAFI singkat Amanda Maida Lamhati (nama asli: Fir Azwar), lahir di Palembang pada 7 Januari 1966.
Masa lecilnya dihabiskan di Desa Air Itam dan Karang Agung Kabupaten PALI hingga tamat Sekolah Dasar. Tahun 1979 Amanda melanjutkan pendidikan di SMPN 6 Palembang, Ketika inilah ia mulai suka membaca karya satra baik puisi maupun prosa. Karya-karya sastra angkatan 20-an hingga angkatan 66 hampir seluruhnya pernah ia baca. Salah satunya adalah “Catatan Akhir Seorang Penyair” karya Nasjah Djamin yang memuat kesan Nasjah Djamin terhadap penyair Chairil Anwar yang urakan namun cerdas. Dan buku inilah yang kemudian membuatnya makin bergelora menulis puisi