DIK!(1)
Oleh Amanda Maida Lamhati
Dik!
ini Idhul Qurban yang kedua puluh Luka tak berdarah lagi Disayat pisaumu yang tajam berkilau Dalam gema takbir aku tak bisa sembunyi dari pekatnya kabut ruang dada teramat sesak
dihempas angin yang pengap
Dik! ini Idhul Qurban yang kedua puluh Seribu malaikat berbaris di ujung langit membawa lagu kematian mendayuh
Dik! Kehidupan memang fana Keindahan datang dan pergi Sekejap berlalu tanpa dapat aku kejar lagi
kemudian
Demang Lebar Daun, Palembang 5 Oktober 2014
***
DIK! (2)
Oleh Amanda Maida Lamhati
Dik!
Lumut itu berkarang
Tajam
Betapa pedihnya luka ketika terpeleset di atasnya
Dik, berjalanlah di gurun dan bebatuan walaupun itu melelahkan
Bukit Besar, 19 Oktober 2014
***
DIK! (3)
Oleh Amanda Maida Lamhati
Dik!
Gurun ini seperti tak bertepi tetaplah melangkah di bawah terik matahari meski itu melelahkan. jika malam menjelang lelaplah di atas pasir berselimut angin yang menderu -deru.
Bila kelak berjumpa oase kita lepas dahaga tanam perdu dan bunga-bunga agar teduh dan merona
Dik!
Pengembaraan ini adalah syair yang ditulis oleh takdir
Talang Semut, Palembang 20 Oktober 2014
***
DIK! (4)
Oleh Amanda Maida Lamhati
Dik! Musim kemarau panjang telah merusak ladang kita tunas-tunas layu
daun-daun luruh
Hitam ranting-ranting kering mati terik mentari telah membakar ladang kita Dik! Musim hujan telah tiba kita buka ladang baru tebar benih padi dan jagung kita buat lumbung dari anyaman bambu beratap daun nipah untuk menyimpan hasil panen kelak
Demang Lebar Daun, Palembang 12 Nov 2014