Teliti Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam, Puluhan Peneliti Bertemu Sultan Palembang
PALEMBANG, GESAHKITA COM—-Puluhan peneliti naskah memadati Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam, Jumat (6/9). Kedatangan para peneliti yang merupakan peserta dari kegiatan workshop di UIN Raden Fatah Palembang untuk mendengarkan langsung sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.
Dengan bertemu secara langsung Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikramo RM Fauwaz Diradja SH M Kn.
Hadir Raden Zainal Abidin Rahman Dato’ Pangeran Puspo Kesumo,R.M.Rasyid Tohir,S.H, Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir, Dato’ Pangeran Suryo Kemas Ari Panji, Pangeran Yudo Heri Mastari.
Dalam kunjungannya SMB IV memperlihatkan peninggalan dari Kesultanan Palembang Darussalam hingga sisilah keturunan Kesultanan Palembang Darussalam.
Bahkan juga memperlihatkan alquran bertulisan emas hingga jubah peninggalan dari SMB II.
SMB IV menyambut baik kedatangan para peneliti di Istana Kesultanan Palembang Darussalam.
“Kita menyambut baik kedatangan mereka, bahkan kita memperlihatkan beberapa peninggalan dari Kesultanan Palembang Darussalam,” ujarnya.
Bahkan naskah kuno dan arsip bersejarah dari Kesultanan Palembang Darussalam juga diperlihatkan kepada para peneliti ini.
Bahkan, katanya beberapa waktu lalu tim Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) melakukan preservasi terhadap 30 naskah dan dokumen kuno peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam.
Ia menceritakan, bahwa Kesultanan Palembang Darussalam kerajaan yang bercorak Islam berdiri di Palembang antara abad 17 hingga abad ke-19.
Kemudian pada 1823, Kesultanan Palembang Darussalam dihapus oleh Belanda saat itu.
“Saat itu kita menang dua kali pertempuran melawan Belanda, yang ketiga kali kalah hingga terjadi penghapusan tersebut,” katanya.
Hal ini dikatakan saat itu Kesultanan Palembang Darussalam tidak mau mengikuti Belanda yang saat itu berhasil menguasai Kesultanan Palembang Darussalam.
Sehingga SMB II dan Pangeran Ratu serta keluarga ditangkap, kemudian dibuang dengan menaiki kapal dageraad dengan tujuan Batavia pada 13 Juli 1821.
Sampai di Batavia, kemudian diasingkan ke Ternate hingga akhir hayatnya pada 26 November 1862. Pada 2003, Kesultanan Palembang Darussalam dihidupkan kembali, tetapi hanya sebagai simbol kebudayaan di Sumsel.
“Saat itu ayah saya Raden Muhammad Syafei Prabu Diraja sebagai Sultan dengan gelar SMB III,” katanya.
Setelah beliau wafat, ia pun naik Tahta menggantikan ayahnya pada 2017 yang penobatannya berlangsung di Masjid Lawang Kidul, dekat makam Sultan Mahmud Badaruddin I.
Bahkan Salah satu peninggalan bersejarah yang sangat melegenda dan mengundang penasaran banyak pihak, mulai dari budayawan, sejarawan, akademisi, arkeolog, kolektor, pelajar, mahasiswa atau masyarakat biasa, yakni jubah milik SMB II.
Jubah berwarna kuning orange motif bunga-bunga dengan panjang sekitar 1,5 meter, berlengan panjang dan ada sedikit sobek di bagian leher kanan itu kini menjadi salah satu koleksi kuno yang dimiliki Kesultanan Palembang Darussalam.
Jubah tersebut disimpan bersama sejumlah koleksi kuno di ruangan khusus dalam Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam, Jalan Sultan M Mansyur, nomor 776, Bukit Lama, Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
“Jubah milik SMB II ini punya motif yang berbeda dan cukup indah pada masanya, sehingga bisa dijadikan salah satu contoh atau salah satu warisan budaya yang dimiliki Kesultanan Palembang Darussalam,” kata SMB IV.
SMB IV memperkirakan umur jubah tersebut antara 200 sampai 300 tahun.
“Kalau mengamati motif jubah itu diperkirakan dikenakan pada acara-acara tertentu, dan tidak setiap hari dipakai Sultan,” katanya.
Lalu bagaimana ceritanya sehingga jubah kuno ini bisa sampai di Kesultanan Palembang Darussalam, SMB IV mengaku tidak tahu persis.
Hanya saja beliau menuturkan jubah tersebut merupakan warisan dari mendiang orangtuanya, SMB III Prabu Diraja Drs RM Sjafei Diraja.
Lebih jauh SMB IV mengaku kalau jubah kuno milik SMB II ini belum ada kajian akademiknya.
“Belum ada kajian, nanti akan kita kaji fungsinya seperti apa, unsur intrinsik dan ekstrinsiknya bagaimana,” kata SMB IV.
Sementara itu, Alan Darmawan, panitia Workshop naskah keraton mengatakan, bahwa berbagai peneliti di Indonesia berkumpul di Palembang.
“Kita para peneliti naskah datang ke Palembang, bahkan juga dari Singapura dan Malaysia datang untuk mengali informasi sejarah mengenai Kesultanan Palembang Darussalam,” katanya.
Jadi fokus pihaknya kepada keraton Palembang, dimana ada sekitar 142 naskah teridentifikasi oleh para peneliti naskah.
“Kita harapkan dengan kegiatan yang diadakan ini akan mendapatkan pengetahuan untuk dijadikan penelitian kita nantinya,” katanya.