idul fitri, dprd kabupaten pasuruan
Sastra  

Pendidikan Dan Nilai Kebangsaan Dalam, “Catatan Seorang Guru Di Suatu pagi, “Fir Azwar”

Review: Puisi 

Nilai Kebangsaan Dalam, “Catatan Seorang Guru Di Suatu pagi, “Fir Azwar”

PALEMBANG, GESAHKITA COM— Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu insan yang beriman serta bertaqwa terhadap yang kuasa yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan serta keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yg mantap serta berdikari serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan serta kebangsaan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan di dalam pasal 3 yang mengatakan bahwa:“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Drs Fir Azwar MM (Foto Sumber Channel YouTube Amanda Maida Lamhati)
Drs Fir Azwar MM (Foto Sumber Channel YouTube Amanda Maida Lamhati)

Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam  penyelengaraan pendidikan formal pada khususnya.

Demi terselenggaranya pendidikan yang baik, guru sebagai bagian didalamnya dituntut untuk memiliki kualifikasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah serta menguasai kompetensi pedagogik, profesionalisme, kepribadian dan sosial seperti yang diatur dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Selain tuntutan tersebut, lebih jauh guru berkewajiban untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelaksana pendidikan tersebut.

Tugas guru ini dijelaskan dalam Bab XI Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 20 Undang-Undnag No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Pasal 52 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru,yakni :

Merencanakan pembelajaran; Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu; Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; Membimbing dan melatih peserta didik / siswa; Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok yang sesuai; dan Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan.

Lebih lanjut, tugas guru secara lebih terperinci dijelaskan dalam Permendiknas No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, diantaranya :

Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan; Menyusun silabus pembelajaran; Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);  Melaksanakan kegiatan pembelajaran; Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;  Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran di kelasnya;  Menganalisis hasil penilaian pembelajaran;  Melaksanakan  pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi; Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggungjawabnya (khusus guru kelas); Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah/ madrasah dan nasional;  Membimbing guru pemula dalam program induksi;  Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran;  Melaksanakan pengembangan diri,  Melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif; dan Melakukan presentasi ilmiah.

Drs Fir Azwar MM (Foto Sumber Channel YouTube Amanda Maida Lamhati)
Drs Fir Azwar MM (Foto Sumber Channel YouTube Amanda Maida Lamhati)

Fungsi guru yang dimaksudkan disini juga sudah termasuk dalam tugas guru yang telah dijabarkan diatas, namun terdapat beberapa fungsi lain yang terkandung dalam poin d dan e Pasal 20 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta poin a, b dan c Pasal 40 Ayat (2) Undnag-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni :  Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;  Menjunjung tinggi peraturan  perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika;  Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis;  Memelihara komitmen secara profesional  untuk meningkatkan  mutu pendidikan; dan  Memberi teladan dan menjaga nama baik  lembaga, profesi,  dan kedudukan sesuai dengan  kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Menurut Steeman (dalam Adisusilo, 2013:56) nilai adalah sesuatu yang memberi makna dalam hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika.

Nilai menurut Rokeach (1998, dalam Djemari, 2008: 106) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan atau perilaku yang dianggap jelek. Sedangkan menurut Linda dan Richard Eyre (1997, dalam Adisusilo, 2013:57) Yang dimaksud dengan nilai adalah standar-standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup dan bagaimana kita memperlakukan orang lain. Tentu saja nilai-nilai yang baik yang bisa menjadikan orang lebih baik, hidup lebih baik dan memperlakukan orang lain secara lebih baik.

Wawasan kebangsaan adalah sebuah pengetahuan dalam diri seseorang dengan tujuan untuk memunculkan rasa cinta tanah air dalam hati dan jiwanya. Di dalam wawasan kebangsaan juga mempelajari bagaimana cara sebuah bangsa memanfaatkan sejarah masa lampau, kebudayaan bangsa, letak sebuah negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bangsa dan negara untuk menggapai harapan dan keinginan bersama menjadi sebuah bangsa. Dalam wawasan kebangsaan pun mengajarkan banyak hal, termasuk bagaimana menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara seperti seseorang yang merdeka, persatuan, nasionalisme, demokrasi, kesetiakawanan sosial, serta adil dan makmur (Ferrijana, Basseng, & Sejati, 2017).

Fir Azwar yang  memiliki  nama pena Amanada Maida Lamhati sebagai sebagai penulis Puisi, CATATAN SEORANG GURU DI SUATU PAGI ini membuka catatan yakni fungsi dan tugas seorang guru sebagai komponen penting di dunia pendidikan Indonesia dengan menggambarkan sosok atau  karakter  seorang guru yang sangat patuh dengan aktifitas keseharian di sekolah dengan suasana pagi pagi buta.

Seperti terlihat pada ;  Dalam pagi yang berselimut kabut,  Angin mengalir menyelisir di bawah ruang kulit,  terdekap dalam senyap Aku berjalan di antara gedung-gedung tua yang selalu bercerita tentang harapan dan impian.

Fir Azwar yang  menulis Puisi  semenjak di duduk  di bangku  SMP menyajikan Simbolisasi dalam tulisannya puisinya pada, Aku berjalan di antara gedung-gedung tua yang selalu bercerita tentang harapan dan impian, merupakan karakterisasi profesi guru selain memerankan apa yang digariskan dalam Undang Undang Pendidikan diuraikan diatas bahwa guru dan anak didiknya tentu menginginkan dan mengharapakan bahwa pada pendidikan la agar kelak anak anak didik nya mencapai cita cita yang diimpikan sesuai dengan harapan.

Fir yang saat ini dipercaya sebagai Kepala SMAN 6 Palembang ini menyadari aktifitas di sekolah  begitu begitu saja, yakni belajar dan mengajar dan Para peserta didik nya selalu bergantian sesuai masa pendidikan sehingga gedung gedung saja yang tetap di tempat semula hanya menjadi saksi bisu bahwa ada aktifitas pembentukan karakter menciptakan manusia manusia Indonesia Unggul. Tentu saja berkat dan tertanam nilai nilai kebangsaan jiwa jiwa pendidik itu sendiri.

Di dalam gedung-gedung tua itu episode-episode opera telah digelar, ekspresi-ekspresi wajah telah diperankan, wajah penuh senyum sumringah, wajah amarah yang dibalut cinta.

Penulis Puisi sangat faham bahwa guru saat di kelas memiliki peran, selain memiliki fungsi disebutkan di atas bahwa peran seorang guru tidak ubah nya seperti panggung opera juga sehingga kelas sangat menarik, sebab episode pembangunan karakter anak didik memiliki episode yang cukup panjang, maka senyum tawa bahkan bentakan dikelas terkadang harus keluar demi cinta nya sang guru kepada pekerjaan dan anak anak didik mereka.

Bahwa peran guru dalam kelas managemen (penguasaan kelas)  diantaranya, dikutip secara ringkas yakni, 1. Controller (Penguasa kelas), 2.Delegator (pemberi tugas) , 3.Prompter (contoh awal ) , 4.Participant (bagian dalam diskusi), 5.Demonstrator (panutan), 6.Lecturer/ tutor (pengajar ), 7.Resource (Sumber Pengetahuan) dan Seorang guru mampu menjadi ke 7 (tujuh) peran itu.

Pada, “Memasuki salah satu gedung tua, Aku berkaca pada sebuah papan yang mulai buram melihat bayang wajah mudaku dan wajah-wajah belia anak didikku yang riuh.

Dalam keriangan dan kenakalan keremajaannya wajah-wajah belia yang selalu hinggap di kelopak mataku, berlari-lari dari satu ruang bagai burung kutilang ke ruang lain, melompat-lompat dari dahan pinus, flamboyan dan akasia Lalu menghilang dibalik bougenvile yang selalu merekah.

Terlihat kesadaran dan juga membangun kesadaran untuk semua bahwa dalam dunia pendidikan ada proses recycling yakni kembali pada titik perputaran waktu bahwa yang muda kan menjadi tumbuh dan menjadi tua. Bahwa masa keriangan serupa semua pernah mengalami dan pembaca  yang saat ini tidak di usia remaja lagi, dia (Penulis) mampu menarik kita semua ke situasi keindahan pada masa masa sekolah.

Dan bahkan wajah-wajah belia yang selalu hinggap di kelopak mataku, menjadi pemadangan keseharian bahwa guru selalu mengawasi tiap denyut nadi perkembangan anak anak didik mereka, pengungkapan bahwa para guru benar benar menjiwai ketika  apa yang telah diatur oleh negara dan bertanggungjawab atas nama Bangsa yang merupakan bagian dari bangsa bangsa di dunia.

Sementara, karakterisasi guru sungguh tergambar sebagai detailnya kaum kaum intelek yang tergambar pada melompat-lompat dari dahan pinus, flamboyan dan akasia Lalu menghilang dibalik bougenvile yang selalu merekah. Pilihan diksi yang ditulis bahwa  penulis menggambarkan sedemikian beragam tanaman dan juga sedemikian luas watak watak murid sehingga guru hapal satu persatu perilaku perilaku anak anak didik harus dibentuk dengan baik pula.  Dan bahwa juga kata kerja melompat lompat adalah labilnya seusia anak anak didik dalam mencari jati diri dan itu lah masa masa pertumbuhan yang sedang ditumbuhkan di sekolah sekolah Indonesia.

Kemudian nama nama tanaman juga bisa dimaknakan sebagai  bentuk argumentasi bahwa begini para guru di sekolah itu ketika menerima tanggung jawab sebegitu detail sebagai pembentuk karakter bangsa, namun para guru pun tetap menikmati profesi itu. (Bersambung)

Catatan Seorang Guru Di Suatu pagi

Oleh Amanda Maida Lamhati

Dalam pagi yang berselimut kabut,

Angin mengalir menyelisir

di bawah ruang kulit

terdekap dalam senyap

Aku berjalan

di antara gedung-gedung tua yang selalu bercerita tentang harapan dan impian.

Di dalam gedung-gedung tua itu episode-episode opera telah digelar

ekspresi-ekspresi wajah telah diperankan

wajah penuh senyum sumringah

 

wajah amarah yang dibalut cinta.

Memasuki salah satu gedung tua,

Aku berkaca pada sebuah papan yang mulai buram melihat bayang wajah mudaku dan wajah-wajah belia anak didikku yang riuh.

Dalam keriangan dan kenakalan keremajaannya wajah-wajah belia yang selalu hinggap di kelopak mataku

berlari-lari dari satu ruang bagai burung kutilang ke ruang lain

melompat-lompat dari dahan pinus, flamboyan dan akasia Lalu menghilang dibalik bougenvile yang selalu merekah

Dalam putaran waktu

seperti roda kereta yang bergerak semakin jauh

kulepas engkau mengejar impianmu

dan kadang engkau tak kutemukan lagi

Kesahduan pagi yang berselimut kabut

telah mengirim kerinduan pada masa mudaku

pada gedung-gedung tua itu pada wajah-wajah belia anak-anak didikku

pada cintaku yang tak pernah berakhir.

 

 

Palembang, September 2009

Tinggalkan Balasan