ROHINGYA ITU ROHINGYA KITA
Oleh Amanda Maida Lamhati
Akhirnya tak kuat juga tanganku
menahan untuk menulis sajak ini
Ketika angkara murka mengoyak nurani
tak tereguk segelas kopi
Saat sarapan pagi
melihat darahmu menggenang
di kampung, di sungai, di jalan, di hutan,
dan di atas meja makan
bahkan tak kuat lidah
untuk menahan kata
Ketika kebiadapan dipertontonkan
Luka itu luka kita
Rohingya itu Rohingya kita
Tak berdaya.
Akhirnya tak kuat juga telingaku
untuk tidak mendengar tangisan
dan jeritan umat islam di Arakan
di bakar api menyala manusia durjana.
Aromanya menusuk-nusuk kulit kepala.
Bahkan sungguh tak kuat
menahan bulir air yang mengalir
di ujung kelopak mata
Luka itu luka kita
Rohingya itu Rohingya kita
Tak berdaya.
Bumi Sriwijaya, 3 September 2017