Berita hari ini, Situs terpercaya dan terupdate yang menyajikan informasi kabar harian terbaru dan terkini indonesia.
Indeks
pilkada hut ri hut ri

“PECAHKANLAH BATUMU” Puisi Ekologis Amanda Maida Lamhati

PALEMBANG, GESAHKITA COM—-Kebijakan papan atas dañ lingkaran yang memutari kaum kapitalis Pada tahunn 2004 silam tidak luput Dari objek Potret penyair Sumsel Amanda Maida Lamhati lewat Puisinya PECAHKANLAH BATUMU.
Simbolisasi alam raya, Fir Azwar nama Asli Amanda Maida Lamhati ini, menukil Diksi Matahari sebagai bentuk kekuasaan Dan penguasa yang ada di lingkaran pemangku kebijakan tahun dimana puisi dia tulis di tahun tersebut.
Matahari kembali menghunjamkan pisaunya
Betapa baris Dan pilihan kata menghujamlan sangat dahsyat, yang terasa Pada objek yang menjadi target dihujamkan tersebut bahwa pesan ketidak berdayaan Dan lemah nya Masyarakat menjadi gambaran Dan pemandangan kala itu bagi sang penyair.
Catatan sejarah peristiwa Lingkungan dimana ada air mata membaur dengan semangat para pegiat Lingkungan yang mana sangat kental Dari kedekatan Dan pengamatan  penulis Puisi (Fir Azwar) di wilayah ini, cukup menjadi rekaman peristiwa menggenaskan bagi pejuang Pejuang Lingkungan dan Ekologis Sumsel hingga Hari ini Dan itu cukup menjadi pengingat( Reminder).
Bahwa ada peristiwa kegetiran di Pada jiwa jiwa pembelah rakyat pedesaan yang kehilangan mata pencarian ketika lahan lahan sawah, ladang mereka digusur Dan belum kembali meski kebijakan HGU Dari dulu sudah ada.
Fir melukiskan Dua perumpaman kontradiktif antara atas dañ bawah yakni langit Dan bumi berikut dampak dampak yang ada seisinya.
Menangis tidak diartikan Fir sebagai “Kalah” tapi Dari konteks yang dia tampilkan di syair puisnya ini adalah “Lawan” Dan berjuang lah atas nama bumi Dan rakyat yang butuh lahan untuk penghidupan.
Menangislah sekeras-kerasnya
Menangislah untuk Tuhanmu
Menangislah untuk Ibumu
Menangislah untuk ayahmu
Menangislah untuk putramu
Sengketa Dan Persoalan lahan yang hingga saat ini Masih menjadi agenda besar para pejuang Keadilan Reforma Agraria, Dan ancaman bencana Ekologis juga tetap menjadi sorotan Dan wanti wanti para Aktivis Dan Pegiat lingkungan daerah ini.

Bahwa adalah cukup menjadi bukti bahwa PECAHKANLAH BATUMU menjadi pilihan sederet puisi yang dibacakan Pada gelaran pembacaan Puisi Ekologis dalam Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia beberapa Hari lalu di Sanggar Sastra Amanda Maida Lamhati.

 

Fir menyadari bahwa  berjuang akan ada airmata, ada banyak yang dikorbankan bahwa keras nya perjuangan demi lahan rakyat juga Hal yang membutuhkan strategi kematangan taktis Dan pendekatan pendekatan logis bahwa ada gambaran akan kebutuhan pemikiran yang bersifat strategies Dan politics Pada”
“Pecahkanlah batu yang menggelayuti kepala”  menjadi penutup Syairnya ini.
https://www.youtube.com/watch?v=-OjxuY-z1CI
PECAHKANLAH BATUMU
Oleh Amanda Maida Lamhati
Matahari kembali menghunjamkan pisaunya
Langit menangis
basah
air matanya menggenangi rumput,
aspal dan tanah merah
Yang menimbun rawa
Masuklah!
Masuklah ke dalam rumah
Menangislah sekeras-kerasnya
Menangislah untuk Tuhanmu
Menangislah untuk Ibumu
Menangislah untuk ayahmu
Menangislah untuk putramu
Pecahkan batu yang menyesak dada
Matahari Kembali menghunjamkan pisaunya
Langit tersedu-sedu
Sajak-sajak kehilangan kata
Hampa
Berserakan dalam baitnya
Masuklah!
Masuklah ke dalam rumah
Menangislah sekeras-kerasnya
Menangislah untuk bumi
yang kehilangan hijaunya
Menangislah untuk satwa
yang kehilangan hutannya
Menangislah untuk tanah
yang kehilangan sungainya
Kepalkan tangan.
Pecahkanlah batu yang menggelayuti kepala.
Bukit Besar, 28 April 2004
Editor Arjeli Sy Jr

Tinggalkan Balasan