PALEMBANG, GESAHKITA COM—Dua universitas di jajaran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah (Rafah) Palembang dan UIN Antasari Banjarmasin mengkaji tokoh ulama nusantara asal daerah masing-masing, Jumat (30/2) sore di ruang rapat Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Kedua tokoh tersebut yakni Abdul Somad Al-Palimbani dari Palembang dan Muhammad Arsyad Al-Banjari dari Banjarmasin.
Kedua tokoh dikenal sosok ulama penentang kolonialisme di nusantara. Sultan Palembang Darussalam. Sementara itu, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn mengapresiasi kajian yang dilakukan UIN Raden Fatah terhadap Abdul Somad Al-Palimbani dan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
“Yang pasti ada keterkaitanlah sehingga dibahas mungkin kitab-kitabnya banyak kemiripan , apakah sama-sama saling mengajari, atau pernah bertemu atau memiliki guru yang sama ini yang harus kita kembangkan kedepan, kenapa kok ada kemiripan seperti Ratib Samman, artinya ada konentivitas diantara mereka ,” katanya.
Termasuk kedua tokoh ini menurutnya adalah tokoh penentang kolonialisme di nusantara termasuk di Palembang dan Banjarmasin.
“ Kedepan bisa ada kajian lanjutan apakah kemudian di buat kajian bersama, mungkin bisa dilihat lagi persamaan-persamaan kitab-kitab yang dibuat oleh mereka , artinya kemungkinan hubungan itu artinya memiliki guru yang sama ataupun mereka saling memperhatikan khan ,” katanya.
Rektor UIN Antasari Banjarmasin, Prof. Dr. Mujiburrahman, MA mengakui baik Abdul Somad Al-Palimbani dari Palembang dan Muhammad Arsyad Al-Banjari dari Banjarmasin adalah tokoh penentang kolonialisme di nusantara.
“ Terutama Abdul Somad Al-Palimbani yang memang sampai wafat dalam perjuangan , kalau Muhammad Arsyad Al-Banjari karena beliau hidup di abad 18 yang waktu itu belum ada konflik yang terbuka antara Kesultanan Banjar dengan kolonial Belanda, itu tidak tampak namun pada kitab parukunan yang ditulis abad di 19 ada parukunan Abdul Rasyid , disitu jelas pengaruh Muhammad Arsyad Al-Banjari anti kolonialismenya , “ katanya.
Menurutnya Abdul Rasyid mengatakan dalam kitab parukunan bahwa haram memakai tali leher (dasi) dan cipiu (topi orang eropa).
“ Kenapa haram karena itu meniru kaum penjajah, jadi begitu kerasnya mereka terhadap kolonialisme,” katanya.
Selain itu menurut Prof. Dr. Mujiburrahman, MA baik Abdul Somad Al-Palimbani dan Muhammad Arsyad Al-Banjari belajar agama di Haramain, Makkah dengan guru yang sama.
“Keduanya sahabat baik selama di Haramain Makkah Madinah, satu perguruan. Peran keduanya seperti dibagi, Abdus Somad bidang tawasuf sedangkan Muhamamd Arsyad bidang fikih, syariah. Ini merupakan peran yang cantik sehingga tidak berbenturan satu sama lain,” katanya.
Oleh sebab itulah, peran kedua tokoh yang hidup dalam kurun abad 19 dan awal abad 20, harus ditelusuri dan dipublikasikan. Dengan begitu, masyarakat bisa tetap mengenal dan mempelajari sejarah dari kedua tokoh ini.
“Di sini kita saling bertukar pikiran, mendukung agar dakwahnya efektif. Saya berharap persaudaraan seperti ini bisa dilanjutkan oleh generasi sekarang,” katanya.
Sementara itu, Ketua Prodi S3 Peradaban Islam, Pascasarjana UIN Raden Fatah, Dr Muhammad Noupal, M.Ag mengatakan, latarabelakang seminar ini karena adanya kesamaan budaya tanah melayu yang didukung keinginan untuk mengajarkan dan menyebarkan faham Ahlu Sunnah, termasuk di dalamnya penguatan tasawuf dan tarekat.
“Oleh karena itu, ciri penting relasi mereka, terletak dalam kesamaan silsilah tarekat yang bertemu; misalnya kepada Syekh Samman,” katanya.
Lebih jauh kata Dr. Noupal, kajian ulama Nusantara ini sebagai upaya Prodi Peradaban Islam untuk menyambung kembali tali sejarah Islam Indonesia pada abad ke-19.
“Prodi S3 Peradaban Islam UIN RF memang saat ini sedang mengembangkan riset utk memunculkan kembali Sejarah Ulama Lokal Nusantara. Hal ini ditujukan untuk menyambung kembali tali sejarah Islam Indonesia abad 19 yang sangat kaya,” katanya.
Hadir diantaranya Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn, Rektor UIN Antasari Banjarmasin, Prof. Dr. Mujiburrahman, MA, Wakil Rektor 1 UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Muhammad Adil, MA, Direktur Pascasarjana UIN Raden Fatah Prof. Dr. H Duski Ibrahim, M.Ag penggagas Lembaga Kajian Naskah Melayu (LKNM) UIN Raden Fatah Palembang, Kaprodi S3 Peradaban Islam Dr Muhammad Noupal, M.Ag.(agk)