idul fitri, dprd kabupaten pasuruan

Wisata Sejarah Dan Religi Palembang Bisa Dioptimalkan, Benarkah? Tokoh Berpendapat Seperti Ini..!

PALEMBANG, GESAHKITA COM–Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan mengungkapkan  dalam hal mengelola pembangunan kepariwisataan hendaklah memperhatikan komponen penting yang berperan dalam proses pengembangan pariwisata pada suatu kawasan atau daerah.

Hal tersebut Ramlan ungkapkan baru baru ini saat ditemui di kantor DPW PKB Sumsel kawasan Kampus Palembang

“Jika kita memang serius mau membangun Wisata kita harus memikirkan faktor factor seseorang (Pelancong)  mau dan akan mendatangi suatu daerah untuk berwisata”, kata nya

“Anggap saja diri kita ketika kita pergi ke suatu daerah itu memang atas kemauan kita mencari objek wisata nya,  atau pada suatu waktu disengaja maupun tidak sengaja kita ditawari untuk mengunjungi objek wisata tersebut,” kata Ramlan.

Maka factor yang dimaksud, kata Ramlan dari sisi pihak pengelolah kepariwisataan sendiri (pemerintah Misalnya) harus memikirkan apa yang mau ditawarkan, selain itu factor yang kuat dan inovatif dalam menyediakan apa yang dicari orang untuk berwisata.

Ramlan menyebutkan sejumlah wisata dengan ragam yang dimiliki suatu daerah diperlukan inventarisasi dan reinovasi lagi sesuai potensi yang ada dan harus la bersesuaian dengan kegemaran wisata nya para wisatawan itu sendiri.

“Jika Wisatawan menyukai Wisata Alam harus melihat kita mampu tidak kembangkan wisata alam kita, begitu juga dengan wisata sejarah dan mungkin juga Wisata religi, “Ramlan Holdan menguraikan sebagai contohnya.

Disinggung soal objek dan tempat wisata di daerah ini (Sumsel) dan yang terdekat kota Palembang tentang pendapatnya dari sudut pandang seorang tokoh Partai besutan (Alm) Gusdur itu, ia melihat Kota Palembang dengan sejarah dan religi wisata nya bisa lebih dimaksimalkan.

Dalam kesempatan bincang tersebut ia melihat Makam Raja Palembang dan zuriat yang berlokasi di kawasan Pasar Cinde perlu sentuhan yang membutuhkan penataan yang seharusnya baik.

“Sebenarnya  bisa ditata menjadi taman kota dan objek wisata religi karena terdapat makam raja-raja,” ucapnya.

Meski Cinde dikenal dari dulu sebagai pasar loak sedikit memiliki kesan bagi orang orang tertentu dengan kebutuhannya, namun kita jangan melupakan di lokasi tersebut harus dihargai ada makam raja yang tentu nya bisa menambah khasanah sendiri bagi wajah Palembang jika mau ditata sebagai kota Wisata Sejarah dan Religi.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumatera Selatan, Merry Hamraeny  mengatakan, pada dasarnya AGSI Sumsel sangat mendukung Pemerintah Kota dalam melaksanakan pembangunan di Kota Palembang termasuk juga Destinasi Wisata, apa lagi jika itu menyangkut wisata sejarah yang tentunya akan  bernilai historis dan religi di wilayah ini.

Merry juga berujar, Palembang adalah termasuk  kota tua di Indonesia . Telah mencatat Sejarah, dari Zaman Pra aksara, Sriwijaya, kerajaan palembang/ kesultanan palembang, jaman kemerdekaan, sampai dengan saat ini.

“ Tentu saja banyak peninggalan peninggalan Sejarah yang terdapat di kota Palembang ini,”kata Merry, Kamis, (18/03/2021) dimana media ini meminta pendapatnya tentang arah pembangunan Pariwisata Kota Palembang dari sudut pandang Pendidik tentu nya akan menggali banyak soal kemurnian (originalitas) dan edukasi.

Merry kemudian juga menyebutkan, berdasarkan data data yang pihak AGSI selama ini ketahui, banyak (peninggalan sejarah) berupa bangunan bangunan yang menjadi cagar budaya  terdapat di kota Palembang ini, termasuk juga makam makam yang bernilai religi dan sejarah.

Senada dengan Jurnalis Yudhi Abdullah yang menyebutkan potensi Kota Palembang ini akan lebih tersohor lagi jika wisata sejarah dan religi nya dibangkitkan lagi.

Namun begitu, ia tidak melihat ada nya kemajuan yang begitu signifikan terkait keseriusan Pemkot dalam menata Objek Wisata yang bernilai sejarah dan religinya.

Dia berpendapat untuk menuju itu (Kota Wisata Sejarah dan Religi) harus la ada hal hal yang atraktif sebagai produk utama sebuah destinasi.

Selain juga  aksesibilitas terkait sarana dan infrastruktur utama pendukung destinasi, dan juga segala fasilitas pendukung dalam memenuhi kebutuhan dan berani menyediakan dengan membangun keinginan wisatawan selama berada di destinasi wisata.

“Sebagai contoh ya mohon maaf sebelumnya, misalnya  saja pelancong mau berziarah ke makam Sultan Mahmud Badaruddin I yang berlokasi di Kawasan Cinde, kan miris harus melalui kawasan bisa dikatakan Kumuh tersebut,”kata Yudhi.

Dia menilai kawasan tersebut secara aksesibilitasnya  kurang representative, namun sangat dekat dengan Mall dan hotel dimana para pelancong dengan sangat gampang mencapai nya.

Selain itu tidak harus memakan waktu berjam jam menuju ke lokasi, seperti ke Pulau Kemaro sampai saat ini masih juga masih sengketa, singkatnya.(goik)

Tinggalkan Balasan