hut ri hut ri selamat menunaikan ibadah puasa grand fondo

Cek Molek, Anggota PMI di Perang Lima Hari Lima Malam, Tak Gentar Mengobati Korban Ditengah Perang

PALEMBANG, GESAHKITA COM–Hari ke lima peringatan pertempuran lima hari lima malam di Palembang dari tanggal 1 sampai 5 Januari 1976, Panitia Bersama Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam menggelar kunjungan ke seorang wanita pejuang yang membantu korban yang terluka dalam perang lima hari lima malam .Dia adalah seorang anggota Palang Merah Indonesia (PMI) bernama Nyayu Khadijah (Cek Molek) kini berusia 97 tahun.

Cek Molek kini kondisinya tidak dapat duduk dan berjalan hanya terbaring di tempat tidurnya saja di kediamannya di Jalan Kemas Umar RT 8, Kelurahan 19 Ilir Palembang , Rabu (5/1) sore.

Susana Saat Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan, Ketua Panitia Bersama Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam, Vebri Al Lintani dan rombongan saat mengunjungi anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Nyayu Khadijah (Cek Molek) kini berusia 97 tahun pelaku sejarah di Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang, Rabu (5/1).
Susana Saat Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan, Ketua Panitia Bersama Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam, Vebri Al Lintani dan rombongan saat mengunjungi anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Nyayu Khadijah (Cek Molek) kini berusia 97 tahun pelaku sejarah di Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang, Rabu (5/1).

Hadir dalam kunjungan tersebut Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan, Ketua Panitia Bersama Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam, Vebri Al Lintani dan rombongan.

Dalam kesempatan tersebut Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn dan Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan memberikan santunan dan Panitia Bersama Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam memberikan paket sembako.

Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn mengatakan, masih ada saksi saksi hidup perang lima hari lima malam seharusnya diperhatikan juga bukan hanya dari kesultanan Palembang tapi pemerintah juga harusnya memperhatikan para pejuang yang tersisa hanya tinggal beberapa orang lagi.

“ Harusnya mereka ini diberikan reward atau penghargaan karena jasa-jasa mereka yang membantu memempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, kedepan yang membantu bukan hanya kami tapi peran serta pemerintah untuk mendata dan memberikan semacam hadiah tiap tahun atau bulan , kalau bisa diberikan penghargaan tiap bulannya kepada para pejuang ini ,” katanya.

Susana Saat Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan, Ketua Panitia Bersama Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam, Vebri Al Lintani dan rombongan saat mengunjungi anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Nyayu Khadijah (Cek Molek) kini berusia 97 tahun pelaku sejarah di Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang, Rabu (5/1).
Susana Saat Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan, Ketua Panitia Bersama Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam, Vebri Al Lintani dan rombongan saat mengunjungi anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Nyayu Khadijah (Cek Molek) kini berusia 97 tahun pelaku sejarah di Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang, Rabu (5/1).

Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan mengatakan, kegiatan ini adalah satu wujud kepedulian pihaknya dengan pejuang pejuang yang telah memerdekakan bangsa Indonesia.

“ Cek Molek ini adalah saksi hidup berjuang dalam mempertahankan kota Palembang dan Sumatera Selatan ini adalah apresiasi kita generasi muda kepada pejuang kita”, katanya.

Sedangkan Anak nomor 13 dari Nyayu Khadijah (Cek Molek), Cek Tatik, kalau kini ibunya mengalami sakit komplikasi seperti darah tinggi, kencing manis dan lain-lain.

“ Tapi kuping masih denger, matanya masih awas, baco Quran masih biso, ibu idak biso lagi duduk dan baru 1 Januari 2022, pas tahun baru, dirayoke ulang tahun ibu, motong nasi tumpeng bae anak bae, anak beranak,” katanya sembari mengatakan, kalau ibunya ini memiliki 20 anak.

Selain itu menurut Cek Tatik, ayahnya (Cek Malik) meninggal dunia 6 tahun lalu dalam umur 97 tahun.

Selain itu menurutnya, waktu perang lima hari lima malam di tahun 1947, ibunya berumur 20 tahun.

“ Beliau berjuang tahun 1945 umurnya masih 18 tahun jadi Palang Merah, tukang angkut-angkut tentara , dio yang nolong, mikul-mikul peralatan berobat , kantor palang merahnya di lantai bawah rumah panggung kami ini, karena bapak ibu ini , H Toha ini kepala kampung sini, “ katanya.

Dalam menolong , ibunya ini tidak memandang pasien, baik musuh maupun pejuang atau TNI di tolong semua.

“Uwong bertempur ibu idak gentar, idak takut terus berjalan cari pasien. Habis kemerdekaan ibu nikah dengan misan dewek, namanya Cek Malik,” katanya.

Sedangkan anak dari Nyanyu Khadijah (Cek Molek) nomor 7 , Mirza (60) mengaku, ibunya ini dulu waktu masih sehat ibunya aktif di gedung veteran (LVRI) di Jalan Merdeka bersama sesama pejuang lainnya seperti ibu Bambang Utoyo, ibu Lukita, ibu Rusmin dan ibu Benten mereka selalu berempat.

“Dulu rumah ini adalah markas PMI waktu terjadi peperangan tempat mengobati para pejuang yang terluka”, kata Mirza.

Menurutnya rumah ini berbentuk limas (rumah bertiang/panggung) yang besar, dibawah rumah dijadikan tempat balai pengobatan para pejuang yang terluka dan sekaligus tempat persembunyian para pejuang.

Sekarang kondisi rumah tersebut menurutnya masih terawat dan kokoh walau telah berusia 117 tahun karena terbuat dari kayu unglen jati dan tembesu asli.(ril/irf)

Tinggalkan Balasan