PALEMBANG, GESAHKITA COM– Bertepatan dengan Nuansa Agustus yang memiliki arti besar bagi Bangsa Indonesia yakni terbebas dari belenggu penjajah, yang mana jika menghitung mundur detik detik kemardekaan itu tinggal beberapa jam lagi jatuh ke 17 Agustus 2021.
Dimanakah geliat itu jika kita pertanyakan? Tentu saja garuda di Dada masing masing dari bangsa ini tetap bergelorah.
Bertepatan dengan itu jua Cakrawala Perjuangan Indonesia (CPI) Sumsel bersama dengan Kesultanan Palembang Darussalam (KPD) menggelar sebuah diskusi yang bernilai sejarah yang bertajuk, “Pengaruh dan peninggalan pemerintah Jepang di Palembang” pada Sabtu (14/8) di Rumah peninggalan Bupati Pertama Musi Banyuasin (Muba) Kapten Usman Bakar yang diselenggarakan Cakrawala Perjuangan Indonesia (CPI), Sabtu, (14/08/2021)
Sejumlah pihak hadir dalam diskusi tersebut dianataranya Aryandini Novitasari, S.S., M.Si. yang merupakan Arkeolog Balai Arkeologi Provinsi Sumsel dalam diskusi tersebut mengangkat pembahasan mengenai sisa peninggalan Jepang di Palembang.
Dia mengatakan pihak nya sudah memiliki data daftar bangunan peninggalan jepang, bunker hingga gua gua penyimpanan benda penting zaman pendudukan Jepang.
“Banyak bangunan peninggalan bersejarah di Kota Palembang yang memang setelah diteliti dapat dikataan sebagai objek diduga cagar budaya, seperti bunker tempat perlindungan dari serangan udara dan juga tempat menembak,” katanya.
Sedangkan Raden Muhammad Ikhsan, S.H,. M.H selaku pemerhati sejarah Palembang, mengapresiasi diskusi ini, menurutnya jika perlu sekali dilakukan kajian secara lebih dalam yang melibatkan unsur pemerintah baik daerah maupun pusat terkait beberapa peninggalan Jepang untuk ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
Menurut Ikhsan disitu juga bakal menjadi pembelajaran generasi muda untuk cinta dengan Bangsa.
“Ini potensi pariwisata bernilai kebangsaan, karena Palembang pernah merasakan penderitaan akibat serangan Jepang ke Palembang serta serangan balasan Sekutu ke Palembang pada saat itu,” katanya.
Ketua pelaksana diskusi, Kemas Muhammad Setiawan SH melihat generasi muda saat ini sangat perlu memiliki rasa kepedulian terhadap peninggalan bersejarah yang erat hubungannya dengan nilai patriotisme perjuangan bangsa salah satunya adalah peninggalan Tentara Jepang saat menduduki kota Palembang.
Dia juga menilai jika tidak ada keperpeduli maka suatu saat peninggalan peninggalan sejarah di daerah ini seperti bunker dan tempat meriam, tempat pertahanan, tempat penyikasaan akan lenyap.
“Kita perlu bersinergi untuk menyelamatkannya dan ini perlu perjuangan yang memakan waktu yang cukup lama sesuai dengan koridor hukum yang berlaku serta kita akan merumuskannya untuk kita bawa ke pemerintah Kota, Provinsi bahkan Pusat. Kalau bermanfaat dan memang perlu didukung maka kami siap mendukung salah satunya mengenai kegiatan CPI yang aktif melakukan kunjungan ke tempat bersejarah yang bernilai nasionalime,”ungkapnya.
Pengusung kegiatan yakni Cakrawala Perjuangan Indonesia (CPI) Sumsel bersama dengan Kesultanan Palembang Darussalam, dalam hal ini Sultan Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn mengajak semua kalangan di Sumatera Selatan (Sumsel) terutama kota Palembang untuk bersinergi agar narasi-narasi sejarah dan cerita-cerita sejarah bisa kembali terungkap.
SMB IV berpendapat yang harus disadari semua pihak bahwa daerah ini adalah bagian dari bangsa ini, yang juga menyimpan sejarah akan pendudukan bangsa bangsa penjajah termasuk Jepang.
SMB IV tidak menginginkan jika nanti anak cucu nanti tidak mengetahui dan tidak memiliki wawasan kebangsaan.
“Selama ini jarang ada kegiatan yang digelar kalangan generasi muda yang memperhatikan sejarah malahan kalangan muda lebih banyak berpoto selfie ditempat sejarah namun tidak mengetahui sejarah tempat tersebut, “kata SMB IVdalam kegiatan tersebut.
Terkait yang dialkukan para peneliti sejarah hingga saat ini dinilai sudah tampak membaik. Dengan meneliti tempat-tempat sejarah, tentu mereka juga sedang mengumpulkan narasi-narasi sejarah.
Diakui SMB IV masih terasa kurang nya narasi sejarah di wilayah ini nya. Bahkan disebutkannya bahwa sejarah yang sudah dilupakan atau diamnesiakan oleh mungkin oleh penjajah Belanda dimana kolonial Belanda ini sudah sejak tahun 1821 hampir 150 tahun berkuasa di Sumatera Selatan sehingga kita sedikit amnesia mengenai sejarah dan budaya kita yang ada.
“ Memang strategi mereka (Belanda) adalah kita melupakan budaya kita sehingga kita tidak memiliki persatuan dan kesatuan lagi, tapi dengan kita kembali kepada kita belajar sejarah dan budaya, saya lihat diskusi ini sangat baik,”terangnya.
Walaupun demikian menurut SMB IV semua kejadian yang terjadi di masa lalu menurutnya memiliki nilai perjuangan bangsa Indonesia.
“ Segala kejadian-kejadian itulah yang akan membentuk kita, segala mulai dari periode sebelum kemerdekaan, kemerdekaan, dari masa orde lama, orde baru, orde reformasi, karena kita akan terus berjalan, apalagi sekarang kita sedang terkena wabah Covid-19, tapi kita harus berjalan dan saya lihat diskusi ini pengembangan yang cukup baik dan kedepan saya harapkan kegiatan-kegiatan seperti ini terus dilakukan ,” tutupnya.(goik)