selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa hari jadi kota pasuruanisra miraj hut oku selatan, hari jadi oku selatan

Kedekatan Masyarakat Palembang Dengan Irama Melayu Dibahas Pada Talk Show Kolaborasi DKP Dan Kobar 9

PALEMBANG, GESAHKITA COM–Komite Musik Dewan Kesenian Palembang (DKP) bekerja sama dengan Kobar 9 (Komunitas Budaya Batang Hari Sembilan) Senin 8 November 2021 lalu mengelar Talkshow dengan tema “Musik Irama Melayu Kemarin,Hari ini,dan Esok”.

Pada kenyataan nya saat ini, Irama Melayu tengah perkembangan genre musik yang semakin beragam dan menjawab tantangan zaman untuk mempertahankan jati diri dan identitas kita sebagai masyarakat melayu  dan hal ini juga yang melatari digelar acara tersebut.

Dengan menghadirkan narasumber Hendri Lamiri Master Violinist yang juga dedengkot group band Arwana mengatakan, bahwa untuk menanamkan kecintaan dan mempertahankan irama melayu ini harus dimulai dari lingkaran kecil dahulu baru kelingkaran yang besar.

Suasana Talk Show Musik Melayu
Suasana Talk Show Membahas Musik Melayu

“Artinya kecintaan ini harus dimulai dari sendiri, keluarga, setelah itu barulah kecintaan terhadap irama melayu ini dikampanyekan secara luas, “ucap Hendri Lamiri mengawali perbincangan tersebut.

Dalam kesempatan itu Hendri Lamiri menuturkan sejarah awal Musik Melayu yang menurutnya berakar dari Qasidah ini hampir bersamaan dengan kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635 – 1600 dari Arab, Gujarat dan Persia  sifatnya pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan.

“Oleh sebab itu, awalnya syair yang dipakai adalah semula dari Gurindam yang dinyanyikan, dan secara berangsur kemudian dipakai juga untuk mengiringi tarian, “kata Hendri Lamiri.

Seperti diketahui Gurindam sendiri berisikan untaian kalimat nasehat untuk berbuat kebaikan yang di Palembang sendiri merupakan juga bagian dari sastra tutur dimana juga ditiap daerah Sumsel lebih beragam lagi penamaan akan bagian dari sastra tutur ini termasuk juga senjang,  cerita panjang,  tadud, incang incang, serta guritan.

Disebutkan  Hendri Lamiri, pada waktu sejak awal dibuka Terusan Suez terjadi arus migrasi orang Arab dan Mesir masuk Hindia Belanda tahun 1870 hingga setelah 1888, mereka membawa alat musik Gambus dan bermain Musik Arab.

“Pengaruh ini juga bercampur dengan musik tradisional dengan syair Gurindam dan alat musik tradisional lokal seperti gong, serunai, dan sebagai nya, “imbuhnya.

Kemudian sekitar tahun 1940 lahir Musik Melayu Deli, tentu saja gaya permainan musik ini sudah jauh berbeda dengan asalnya sebagai Qasidah, karena perkembangan masa ini tidak hanya menyanyikan syair Gurindam, tetapi sudah jauh berkembang sebagai musik hiburan nyanyian dan pengiring tarian khas Orang Melayu pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia.

Dengan perkembangan teknologi elektronik sekitar setelah tahun 1950, maka mulai diperkenalkan pengeras suara, gitar elektri, bahkan perkembangan keyboard. Dan tak kalah penting adalah perkembangan industri rekaman sejak tahun 1950.

Hadir juga Maestro Violin Indinesia, Agus Rizal, AP,.M,Si. Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang, MS.Iqbal Rudianto Ketua Dewan Kesenian Palembang dan H.Djailani Kadir Pimpinan Orkes Melayu Deli Dendang Ria Talkshow dimoderatori oleh Andi Lisso

H.Djailani Kadir pemimpin Orkes Melayu Deli Dendang Ria mengungkapkan, akan konsistensi dia dengan Orkes melayu. Diturukannya juga Grup Orkes Melayu yang dia pimpin berdiri tahun 1950 sampai sekarang masih terus konsisten mempertahankan irama melayu ini.

Zaman boleh berubah namun warisan genre melayu di keluarga H.Djailani Kadir tetap hidup dan mendarah daging.

“Meskipun pemainnya sudah berubah ubah, dan sekarang Orkes melayu ini pemainnya adalah anak dan cucu saya,”ujar H. Djailani bangga.

Sementara itu tokoh Muda yang juga pegiat seni dan kebudayaan Palembang, MS.Iqbal Rudianto sangat mendukung untuk melestarikan dan memajukan irama melayu ini.

Dalam pengamatan nya Palembang memiliki banyak lagu yang bergenre irama melayu ada lagu melati karangan termasuk yang baru Seguntang Ulu Melayu Karya Fir Azwar.

Sebelum nya Bidar Melaju ciptaan Fir Azwar yang juga bergenre Irama Melayu ternyata dapat sambutan yang luar biasa dari semua umur, mungkin saja Fir Azwar mengantongi strategi khusus dalam mengkampanyekan lagu nya tersebut.

Sebab itu, Didit sapaan akrabnya ini mengajak semua bagaimana yang hadir membuat skema tertentu sehingga genre music ini lebih meluas minimal dikenal dan bahkan nantinya banyak digemari oleh banyak mileneial.

“Ini sebenarnya tantangan bagi kita saat ini bagaimana kita menarik kaum Milenial untuk tetap mencintai dan bangga menjadi pelestari dan pengembang irama melayu” kata didit yang juga merupakan Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) itu.

Agus Rizal, AP,.M,Si. Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang mengapresiasi serta menyambut baik kegiatan yang diprakarsai oleh komunitas batanghari sembilan (Kobar9) bekerja sama dengan komite musik Dewan Kesenian Palembang ini.

“Palembang adalah ulunya melayu dari bangsa melayu, kita wajib untuk menjaga dan melestarikannya” kata Agus Rizal.

Selain itu kita juga akan mendorong agar di Palembang ada gedung kesenian dan peraturan daerah minimal perwali untuk mendukung kegiatan kegiatan seni dan pekerja seni dan seniman agar nyaman untuk melakukan aktivitas seni dikota palembang.

Dalam kesempatan ini ketua dewan kesenianj memberikan dan memakaikan tanjak batik kepada Hendri Lamiri sebagai tanda asih dari Dewan kesenian Palembang.

Acara Talk Show dimeriahkan oleh Sahilin Maestro Gitar Batang Hari Sembilan, Dayat Violin, Ketua Komunitas Biola Palembang dan Ali Goik Seniman Musik Sumsel yang bergenre irama Batanghari Sembilan.

Turut Hadir dalam kegiatan tersebut Fir Azwar Pencipta lagu seguntang Ulu Melayu, Butong Olala pemimpin Rongeng Taman Mini Indonesia Indah, Rita Syakira, Vebri Al-lintani Ketua Masyarakat Adat Budaya Melayu Indonesia (**)

 

Editor :  Arjeli Sy Jr

Leave a Reply