selamat idul fitri selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa hari jadi kota pasuruanisra miraj hut oku selatan, hari jadi oku selatan

Tips Belajar Anak Sehari Hari Perlu Diperhatikan, Ini Guide NYa

JAKARTA, GESAHKITA COM–Banyak yang harus diterapkan secara metode dan teori dalam belajar salah satu nya adalah Montessori. Metode belajar Montessori merupakan salah satu metode belajar yang bisa diterapkan secara efektif kepada anak-anak dengan stimulasi yang tepat, sehingga anak-anak bisa berkembang secara optimal, mandiri dan lebih percaya diri.

Metode ini dikenalkan pertama kali oleh Maria Montessori di tahun 1907, yang meyakini bahwasanya setiap anak memiliki potensi yang luar biasa.  Dan potensi tersebut akan berkembang secara optimal jika ada stimulasi yang tepat dari orang dewasa terutama di tahun-tahun emas masa pertumbuhannya.

Meski awalnya metode ini lebih ditujukan kepada anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental, namun faktanya metode ini juga sangat efektif jika diterapkan untuk anak-anak secara umum.

 

Dimana metode ini menekankan pada penyesuaian pada lingkungan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak, aktivitas fisik maupun keterampilan praktis.

Pada metode ini, ide utama yang ingin ditonjolkan adalah bagaimana memperlakukan anak dengan respek, memfasilitasi dan mempersiapkan lingkungan untuk kegiatan anak sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam metode Montessori, usia anak-anak sejak lahir hingga 6 tahun menjadi masa-masa paling sensitif dan peka sehingga peran orangtua sangat penting untuk memanfaatkan momen emas tersebut dengan sebaik-baiknya.

Penerapan metode belajar ini akan berpengaruh pada perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara lebih efektif.

Dalam hal ini anak-anak diajak untuk belajar sambil bermain dengan cara yang menarik dan menyenangkan, dimana anak-anak turut berperan aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

Penerapan metode belajar ini bisa dilakukan sesuai dengan perkembangan anak, seperti berikut ini:

Gerakan, dimana sejak lahir hingga usia 1 tahun anak sudah belajar untuk menyentuh, meraih, memutar, merangkak, menyeimbangkan diri dan berjalan.

Indera, yaitu di usia 2-6 tahun.  Meski fungsi indera manusia telah dimulai sejak lahir, namun di usia 2-6 tahun anak mulai merasa takjub dengan pengalaman indera yang dirasakan, seperti rasa, sentuhan, suara dan bau.
Bahasa, diawali sejak usia lahir hingga 6 tahun dengan celotehan atau suara-suara, berkembang menjadi kata-kata, frasa dan kalimat.

Mengenal detail dan benda kecil, yaitu di usia 1-4 tahun, dimana koordinasi mata dan tangan sudah lebih akurat, sehingga pada usia ini anak cenderung menyukai benda-benda kecil dan detail.

Rutinitas, yaitu di usia 2-4 tahun, dimana anak sudah mulai melakukan pengulangan dan menyukai rutinitas dan lebih konsisten.

Mengenal musik, yaitu di usia 2-6 tahun, dimana pada tahap ini anak akan tertarik dengan irama, nada dan ritme secara spontan, terutama jika sudah terbiasa diperdengarkan musik.

Toilet training, yaitu di usia 18 bulan hingga 3 tahun.  Karena pada usia ini koordinasi sistem syaraf sudah sudah terintegrasi dan berkembang baik, sehingga penerapan toilet training bisa lebih efektif untuk dilakukan.

Sopan santun, yaitu di usia 2-6 tahun, karena pada masa ini anak-anak cenderung suka meniru atau melakukan proses imitasi terhadap apa yang dilihatnya.  Sehingga penting bagi orangtua atau pengasuh untuk menjadi contoh yang baik agar karakter anak terbentuk dengan baik.

Memberikan contoh bagaimana bersikap ramah dan menunjukkan rasa empati sangat penting untuk bekal mereka di masa yang akan datang.  Ucapan-ucapan ringan seperti “terima kasih”, “maaf” atau “permisi” bisa menjadi contoh konkret bagi anak untuk mengenal sopan santun dalam kehidupan sehari-hari.
,
Menulis, yaitu di usia 3-4 tahun, dalam hal ini Montessori meyakini jika kemampuan menulis muncul terlebih dahulu sebelum membaca, yang biasanya diawali dengan meniru huruf maupun angka.

Membaca, yaitu di usia 3-5 tahun, dimana metode belajar Montessori melihat adanya ketertarikan anak secara spontan terhadap simbol dan suara yang dihasilkan.

Hubungan ruang dan matematika, yaitu di usia 4-6 tahun, dimana pada usia ini anak-anak cenderung memiliki ketertarikan dengan terhadap puzzle dan Lego.  Anak-anak pada usia ini juga lebih peka terhadap angka maupun jumlah. Hal ini akan melatih kemampuan motorik dan kognitif anak secara lebih efektif.

Memberikan ruang yang nyaman dan ramah anak di rumah bisa sangat berpengaruh pada proses belajar dan perkembangan anak.  Meski tampak sederhana, namun melihat dunia anak sebagaimana mereka melihatnya akan sangat membantu orangtua untuk lebih memahami anak dan mendidiknya dengan proses belajar yang menyenangkan.

Secara umum orang tua diharapkan mampu berperan aktif dalam pendidikan proses belajar anak terutama ketika di rumah.  Semogah berguna bagi semua pentingnya kreatif itu.

Tinggalkan Balasan