Berita hari ini, Situs terpercaya dan terupdate yang menyajikan informasi kabar harian terbaru dan terkini indonesia.
Indeks
selamat natal dan tahun baru hut ri
News  

Gadis Palembang Dipingit Hingga Dibalik Kisah Penciptaan Tari Tanggai  

PALEMBANG, GESAHKITA COM–Seperti dikutip dari laman Al-Bahjah asuhan Buya Yahya, kemudian dilansir oleh Islam Post tentang Tanya jawab Islami ditulisnya pertanyaan yakni, “Assalamualaikum, saya ingin bertanya, apakah hukum pingit bagi seorang calon istri itu ada di syariat Islam?,”

Lalu dijawab, “Istilah pingit berarti dijaga dari pergaulan yang haram. Pingit bagi wanita itu seharusnya bukan saja di saat hendak menikah. Pingit itu adalah menjaga komunikasi dengan yang bukan mahram untuk tidak keluar dengan sebebas-bebasnya. Itu sebenarnya pendidikan wanita mulia. Bukan di saat ingin menikah saja. Dan memang ada di sebagian masyarakat kita ini ada kebiasaan pingitan disaat mau menikah .

Ada satu hal yang amat perlu diperhatikan bahwa: Di dalam bertunangan belum menghalalkan sebuah jalinan. Sebagian masyarakat awam telah salah yaitu disaat bertunangan justru disaat itu menjadi terbukalah pintu keharaman. Karena sudah bertunangan atau khitbah lalu mereka mudah berkomunikasi. Kadang komunikasi sebebas-bebasnya. Maka sangat tepat disaat semacam ini diketatkan penjagaannya dengan istilah pingitan.

Jadi memingit di saat sudah bertunangan itu adalah bagus. Untuk menjaga calon mempelai agar tidak terjerumus di dalam perzinaan atau muqaddimah-muqaddimah zina.

Bisa jadi karena merasa sudah akan dinikahkan menjadi sebebas-bebasnya dalam berkomunikasi dan bergaul hingga ada yang terjerumus pada dosa yang amat besar (pencabut barokah dan rahmat) yaitu perzinaan.

Jadi pingitan tidak bertentangan dengan syariat Islam bahkan pingitan itu hendaknya ada pada siapapun dari wanita agar terjaga kehormatannya. Tidak keluar rumah kecuali ada hajat yang mendesak dan ditemani serta dimuliakan oleh mahram atau suaminya. Pingit maknanya menjaga pergaulan dan komunikasi dengan laki-laki, khususnya dengan laki-laki yang bukan mahramnya khususnya laki-laki yang akan menikahinya.

Itu adalah hal yang baik, sebab di dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Pacaran adalah bertentangan dengan syari’at Nabi Muhammad SAW. Dan hendaknya pingitan bukan saja saat menikah akan tetapi senantiasa wanita dipingit dalam makna dijaga kehormatannya agar tidak bebas dalam pergaulannya demi kemuliaan nya.

Gadis  Palembang Dipingit Hingga Dibalik Kisah Penciptaan Tari Tanggai Channel Youtube Ali Goik 

Mengutip dari Video wawancara diposting pada channel Ali Goik dengan Pencipta Tari Tanggai Eli Rudi, dalam video tersebut Eli Rudi Pencipta Tari menuturkan ihwal tercipta nya Tari ia beri judul Tari Tanggai, mulai dari penamaan (alasan), makna gerakan, tahun berdirinya diciptakan tari tanggai tersebut yakni pada tahun sekitar 1965 yang ia sebut kala itu ada situasi Politik tertentu, Minggu, (13/06/2021)

Eli Rudi dalam wawancara dengan Ali Goik tersebut juga menuturkan peran peran yang ada dalam formasi Tari Tanggai tersebut hingga ia menyebut istilah kata ‘Dipingit’ untuk gadis Palembang.

Foto tari tanggai

Sebelum nya ia juga menjelaskan dalam wawancara tersebut Budaya Palembang sendiri kala itu tidak mengizinkan anak perempuan menari sebab kentalnya adat Palembang Darussalam, maka tari tari nuansa melayu atau bahkan pentas Dulmuluk (Wayang Orang, degalan versi Palembang) memakai peran laki yang dimake-up, dan dressing-in (dikenakan) pakaian perempuan.

Masih dalam wawancara Ali Goik dengan Eli Rudi terkait diciptakan nya Tari Tanggai tersebut,  Eli Rudi sampaikan dirinya termotivasi oleh seseorang Budayawan Palembang yang berkompeten kala itu untuk meminta dirinya menciptakan tari tanggai yang digunakan untuk penyambutan para tamu.

Alasan nya,  kata dia, daerah di luar Palembang Kala itu termasuk Sekayu, Lahat, OKI, Baturaja sudah memiliki tari tanggai untuk penyambutan Tamu sedangkan Palembang belum memiliki atau telah memiliki tari Gending Sriwijaya yang secara biaya dan formasi sangat besar harus memiliki minimal 9 (Sembilan) penari belum lagi ornamen dan pakaian yang begitu susah untuk dijangkau biayanya.

Dalam video itu juga didapati penjelasan Formasi pada Tari tanggai yang mana terbentuk Posisi formasi paling menonjol yang ditengah,  merupakan bahasa formasi nya yakni selalu  identik dengan Anak Gadis yang kedua orang tua nya siap untuk “dirasani” (dilamar dalam adat Palembang). Jadi diciptakan dengan melatari gambaran adat Palembang yakni salah satu nya “Adat Rasan Tuo”.

Eli Rudi menjelaskan dalam video tersebut bagi orang tua yang merasa anak gadisnya cukup mapan dalam  artian usia, ilmu pengetahuan, agama, tabiat dan segala sesuatunya untuk mengarungi rumah tangga maka orang tua yang memiliki anak gadis membimbing atau mengirim anak gadis untuk belajar menari dan ambil pada formasi tengah.

Sehingga terang Eli  Rudi dalam wawancara tersebut, ketika anak gadis ikut dalam pentas tari, entah itu acara menyambut kedatangan tamu, resepsi dan sebagai nya maka para tamu melirik ke formasi yang dimaksud dan biasa nya tamu sudah faham akan formasi tengah tersebut yakni anak gadis yang siap dilamar.

Dengan begitu ketika  ada tamu yang menilai sang penari pada formasi tersebut sangat baik dan bagus untuk dijodohkan dengan anak laki laki nya, kemudian ia mencari tau tentang sang penari, mulai menyelidiki siapa orang tuanya serta segala hal mengenai Si gadis dan keluarga nya.

Maka dengan begitu juga jika pernah mendengar Adat Palembang menggunakan istilah “Rasan Tuo” dan salah satu pembuka untuk melangkah ke tahapan Rasan Tuo itu termasuk juga salah satu nya dari Formasi Tari tanggai tersebut sebagai isyarat.

Kembali ke wawancara Eli Rudi dengan Ali Goik di Channel Youtube nya, juga menyebutkan bahwa tari yang menggunakan alat tanggai hanya di Palembang. Seperti diketahui tanggai merupakan Ornamen Jari jari keemasan berbentuk kuku lentik yang digunakan para  penari.

Tanggai Emas

“Dahulu, lanjut, Eli Rudi, “Tanggai tersebut memang terbuat dari emas 18 karat, dan selain itu terkait daya tarik Tari Tanggai tersebut yang sangat dominan dan attractive nya itu pada gerakan Jari jari yang dihiasi Tanggai Tanggai di ujungnya.

Lebih jauh Eli Rudi menyebutkan Simbolis jari jari menggambarkan ketelatenan Sosok si gadis (penari) dalam segala hal pekerjaan rumah tangga, timing waktu dalam mengatur ritme dan juga dalam segala hal, bukan hanya saat menari itu saja tetapi jauh di luar (tidak dalam saat menari) gadis tersebut bisa mengetahui kapan harus berbuat ini dan itu, melakukan ini dan itu.  Sehingga jika dikaitkan dengan dalam ajang kontestasi bakat, maka kemampuan menari tari tanggai lebih  menggali atau membentuk Inner Beauty itu sendiri tersimpan dalam tanggai tanggai sang penari tanggai.(*)

Editor : Arjeli Sy Jr

 

 

 

Tinggalkan Balasan