selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa hari jadi kota pasuruanisra miraj hut oku selatan, hari jadi oku selatan

Diungkap Dalam Penampilan Tari Kisah SMB II Diasingkan Ke Ternate

PALEMBANG, GESAHKITA COM—-Sultan Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jayo Wikramo RM Fauwaz Diradja mengaku tersentuh dengan penampilan Sendratari Tim Kesenian Kota Palembang yang mana dalam penampilan tari tersebut alur pentas nya menceritakan tentang penderitaan berbaur dengan semangat perjuangan dan pemikiran Sultan Mahmud Badaruddin II yang pada akhirnya diasingkan sangat jauh dari tanah dimana dia dibesarkan oleh leluhur nya, diangkat menjadi penguasa Palembang dan kemudian berujung pada kekalahan lalu diasingkan ke Ternate, Pulau Sulawesi bagian timur Indonesia.

“Saya terbawa perasaan, terenyuh dan tebayang penderitaan buyut kami Sultan Mahmud Badaruddin II ketika diasingkan ke Ternate” kata SMB IV disela acara.

Meski secara sejarah hidup SMB II hingga ke  fase pengasingan, SMB IV sangat hapal tanggal serta  tahun dan segala seluk beluk Kesultanan Palembang Darussalam sangat lah hapal berikut juga cerita cerita tragis perang dan juga kebahagian menang perang.

Poto: Penampilan Sendratari Tim Kesenian Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Palembang yang berkerjasama dengan Dewan Kesenian Palembang (DKP) pada hari kedua di Festival Sriwijaya tahun ini, Kamis (30/6) di pelataran Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang
Poto:
Penampilan Sendratari Tim Kesenian Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Palembang yang berkerjasama dengan Dewan Kesenian Palembang (DKP) pada hari kedua di Festival Sriwijaya tahun ini, Kamis (30/6) di pelataran Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang

Namun, ketika cerita tersebut dibikin sedemikian spektakuler tarian dan tampilan dan warna panggung berikut back sound musik maka para penikmat seni tari yang hadir pada malam itu akan dibawak ke suasana yang berbeda.

Sebab  itu, SMB IV menilai penampilan dan koreografi tata acara pada malam Kesenian Festival Sriwijaya ini patut dan wajar diacungi jempol.

“Barangkali, baru kali ini sejarah dramatis SMB II diangkat dalam bentuk seni pertunjukan di ajang Festival Sriwijaya dan ini sangat baik,  salut, ” kata nya.

Poto: Penampilan Sendratari Tim Kesenian Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Palembang yang berkerjasama dengan Dewan Kesenian Palembang (DKP) pada hari kedua di Festival Sriwijaya tahun ini, Kamis (30/6) di pelataran Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang
Poto:
Penampilan Sendratari Tim Kesenian Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Palembang yang berkerjasama dengan Dewan Kesenian Palembang (DKP) pada hari kedua di Festival Sriwijaya tahun ini, Kamis (30/6) di pelataran Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang

Selain itu, dituturkan SMB IV dalam kesempatan tersebut bahwa dalam catatan, 5 hari lagi atau tepatnya tanggal 3 Juli memang hari pengasingan Paduka SMB II yang rutin pihaknyaa  peringati.

“Pada hari itu, 3 Juli 1921 SMB IV dan rombongan keluarga terdekatnya dibawa oleh kolonial Belanda menuju Batavia dan singgah beberapa waktu di sana, sebelum menetap penuh hingga akhir hayatnya di Ternate.

Seperti diketahui SMB IV adalah Sultan Palembang Darussalam keturunan ke-6 dari SMB II. SMB IV dinobatkan oleh ayahnya pada tahun 2010 dan mulai menjalankan fungsinya selaku Sultan secara penuh setelah ayahnya wafat pada 2017.

Atas tampilan tentang SMB II itu, SMB IV menyatakan apresiasi yang tinggi kepada Tim Kesenian Kota Palembang.

“Barangkali, baru kali ini sejarah dramatis SMB II diangkat dalam bentuk seni pertunjukan di ajang Festival Sriwijaya”, katanya.

Senada dengan SMB IV, sejawaran Palembang, Kemas AR Panji menyatakan bahwa pertunjukan seni yang berbasis sejarah jarang sekali ditampilkan. Untuk itu, dia menyatakan pujian dengan dua jempol pada Tim Kesenian yang disutradarai oleh Isnayanti Syarida ini.

“Tampilan kesenian yang bermateri sejarah seperti ini sangat bernilai di tengah-tengah iklim pendidikan sejarah yang kurang baik saat ini,” kata dosen sejarah UIN Raden Fatah ini.

Kemas Ari berharap agar pihak pemerintah dapat terus mengangkat sejarah Palembang Darusaalam sebagai bentuk edukasi ke masyarakat dan landasan dalam membangun budaya Palembang.

“Saya melihat komitmen baik dari Kadis Kebudayaan Kota Palembang dan Kabid Kesenian terhadap budaya Palembang Darussalam. Kebetulan saya mengenal kedua pejabat ini. Komitmen dibutuhkan dalam melestarikan sejarah dan budaya dan hari ini terlihat pembuktiannya. Atas dasar itu, saya mengucapkan terima kasih”, ujar Ari.

Sedangkan Ketua Dewan Kesenian Palembang MS Iqbal Rudianto yang akrab di panggil Didit ini memuji sendratari yang mengangkat sejarah hidup SMB II ini.

“Kami mendukung dan ingin menjadikan momentum tanggal 3 Juli ini dijadikan sebagai momentum utama perjalanan SMB II apakah dalam bentuk seni pertunjukkan atau dalam bentuk momentum –momentum penghargaan perjalanan SMB II, mari kita kenang sejarah, mari kita pelajaru sejarah dan budaya Palembang Darussalam dan kita pelajari juga perjalanan SMB II Palembang agar masyarakat tetap terus menjaga dan melestarikan sejarah dan budaya Palembang,” katanya.

Sementara itu pementasan “Sang Harimau yang Tak Kenal Menyerah” ini cukup baik merefleksikan kisah hidup SMB II. Sebagaimana ditulis dalam sinopsis pertunjukan, bahwa Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II merupakan Sultan Palembang Darussalam
yang ke -7 yang lahir di Palembang pada 23 November 1767.

Ketika berusia 37 tahun, tepatnya, 12 April 1804 naik tahta menggantikan ayahnya. Sejak itu, dia menjadi pemimpin Palembang Darussalam dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin. Semasa berkuasa, dia menghadapi penjajah Inggris dan Belanda, di antaranya adalah pertempuran melawan Inggris tahun 1811 dan perang Menteng melawan Belanda pada tahun 1819 yang dimenangkan oleh Palembang.

Lalu, pada pada tahun 1821, dengan segala kelicikan, politik adu domba dan tipu daya, akhirnya Belanda berhasil menguasai Palembang.

Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Meski demikian, tak sepatah kata “menyerah” keluar dari mulut Sultan Mahmud Badaruddin II.
Pertunjukan yang berdurasi memukau penonton dari berbagai kabupaten dan kota malam itu didukung oleh para pekerja seni yang handal diantaranya musisi Syakur, Hendra, Ewa dan Erick selaku penata gerak, Athan di vocal, Endi Ruskan sebagai narator dan para anggota Korsik Disbud. (agk)

Leave a Reply