selamat idul fitri selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa hari jadi kota pasuruanisra miraj hut oku selatan, hari jadi oku selatan
World  

Hutan di Asia Tenggara ternyata lebih tangguh dibandingkan Dengan perkiraan sebelumnya

Hutan di Asia Tenggara ternyata lebih tangguh dibandingkan Dengan perkiraan sebelumnya

JAKARTA, GESAHKITA COM—Sebuah studi inovatif yang dipimpin oleh ahli geosains Rebecca Hamilton di Universitas Sydney menantang pandangan lama mengenai sejarah ekologi Asia Tenggara.

Bertentangan dengan keyakinan sebelumnya bahwa sabana kering mendominasi wilayah tersebut selama Maksimum Glasial Terakhir lebih dari 19.000 tahun yang lalu, tim ini menemukan beragam lanskap tipe hutan tertutup dan terbuka.

Ketahanan hutan tropis

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini memiliki implikasi signifikan dalam memahami ketahanan hutan tropis terhadap perubahan iklim.

Dr Hamilton menekankan pentingnya penemuan ini dalam konteks percepatan perubahan iklim. Ia mencatat bahwa menjaga keanekaragaman tipe hutan adalah kunci untuk melestarikan ekosistem di wilayah tersebut.

Transformasi kawasan hutan

“Pekerjaan kami menunjukkan bahwa memprioritaskan perlindungan hutan di atas 1.000 meter (‘hutan pegunungan’) bersama dengan tipe hutan kering musiman dapat menjadi hal yang penting untuk mencegah ‘sabannisasi’ hutan hujan Asia di masa depan,” katanya.

Savanisasi mengacu pada transformasi kawasan hutan menjadi ekosistem sabana, yang bercirikan dataran berhutan terbuka. Proses ini dapat dipicu oleh perubahan iklim, aktivitas manusia, atau perubahan ekologi alam.

Fokus penelitian

“Paradigma yang dominan adalah bahwa sebagian besar hutan hujan dataran rendah di Asia Tenggara digantikan dengan ‘koridor sabana’ selama iklim yang lebih sejuk dan lebih musiman pada masa Glasial Maksimum Terakhir,” tulis para penulis penelitian.

“Penafsiran ini mempunyai implikasi untuk memahami ketahanan hutan tropis Asia terhadap proyeksi perubahan iklim, yang menyiratkan kerentanan terhadap savanisasi.”

“Koridor sabana juga merupakan fondasi penting bagi interpretasi arkeologi tentang bagaimana manusia berpindah dan menetap di wilayah kepulauan Asia Tenggara dan Australia. Namun pemeriksaan terkini, multiproksi, dan empiris terhadap bukti paleoekologi untuk koridor ini masih kurang.”

Situs lingkungan paleo

Untuk menyelidikinya, para peneliti menganalisis catatan dari 59 situs paleoenvironmental di wilayah tropis Asia Tenggara. Tim tersebut menantang model sabana, yang mendalilkan perluasan padang rumput yang luas dan seragam selama Maksimum Glasial Terakhir.

Sebaliknya, analisis mereka terhadap butiran serbuk sari dari danau dan indikator biokimia lainnya mengungkapkan adanya hutan yang hidup berdampingan dan perluasan padang rumput selama periode ini.

Implikasi studi

“Kami mengemukakan gagasan bahwa kesenjangan yang tampak ini dapat didamaikan jika, selama iklim dingin dan musiman pada Maksimum Glasial Terakhir, hutan pegunungan (di atas 1.000 m) tetap ada dan meluas di daerah dataran tinggi, sementara dataran rendah mengalami peralihan ke hutan musiman. hutan kering, yang memiliki tumbuhan bawah berumput alami,” jelas Hamilton.

Penelitian ini tidak hanya menawarkan revisi perspektif mengenai masa lalu ekologis di Asia Tenggara namun juga memberikan wawasan berharga mengenai potensi ketahanan hutan tropis di kawasan ini dalam menghadapi perubahan iklim yang sedang berlangsung. Laporan ini menyoroti pentingnya melestarikan keanekaragaman lanskap hutan untuk menjaga ekosistem ini demi masa depan.

earth com alih bahasa gesahkita