Berita hari ini, Situs terpercaya dan terupdate yang menyajikan informasi kabar harian terbaru dan terkini indonesia.
Indeks
hut ri hut ri grand fondo

Temuan Tim Survey Arkeolog Dari Pulau Kemaro, Termasuk Keramik China Dinasti Yuan, Ming, Qing Hingga Bungker Jepang

Temuan Tim Survey Arkeolog Dari Pulau Kemaro, Termasuk Keramik China Dinasti Yuan, Ming, Qing Hingga Bungker Jepang

PALEMBANG, GESAHKITA COM—Belum pernah diketemukan sebelumnya, dalam kunjungan tersebut pihak Balar Sumsel  menemukan lokasi pertahanan anti serangan udara pasukan Jepang di Pulau Kemaro.

Tim Balai Arkeologi (Balar) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)  pimpinan Kepala Balar Sumsel Budi Wiyana dan arkeolog dari Balar Sumsel yaitu Retno Purwanti (Arkeologi Hindu Buddha/Arkeologi Sejarah), Sondang M. Siregar (Arkeologi Hindu-Buddha/Arkeologi Lingkungan)., Aryandini Novita (Arkeologi Kolonial),  Muhammad Nofri Fahrozi (Antropolog/Koordinator Peneliti Balar Sumsel) melakukan survey ke Pulau Kemaro, Palembang, Kamis (25/3).

Turut hadir penelusur sejarah Sumsel yang juga Penggagas Komunitas Cagar Budaya Robby Sunata.

“ Kita menemukan data baru tadi, tapi memang kita tadi fokusnya tidak sekitar kelenteng, kalau kelenteng itu tanahnya mulai teraduk, banyak ruang terbuka sudah enggak ada, banyak rumput, akhirnya  kita kearah Kampung Aer itu sampai ke ujung sampai ke Bungalow/Villa sampai ke ujung lagi , “ kata Kepala Balar Sumsel Budi Wiyana.

tempat batu turun
tempat batu turun

Sepanjang perjalanan menurut Budi, pihaknya banyak menemukan  beberapa gerabah dan kramik  masanya muda yaitu masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Di ujung Pulau Kemaro pihaknya menemukan Bungker peninggalan Jepang dan lokasi penjara zaman PKI.

“ Isu-isunya dulu katanya ada pembantaian PKI, penjara PKI memang bekasnya ada, jadi kalau zaman Kesultanan kemungkinan yang menjadi benteng pertahanan , tapi itu kayaknya  tinggalan bungker zaman Jepang, “ katanya.

Bungker Jepang tersebut menurutnya bukan Bungker dalam hal pertahanan tapi  menurutnya ada yang bilang dapur.

“ Bungkernya enggak terlalu besar, bentuknya segi empat posisinya di mulut pantai paling ujung Pulau Kemaro dengan kondisi tidak utuh.

“ Disana kita bisa melihat  agak terbuka  sedikit, kita bisa survey dan kami nemu kramik, grabah memang muda zaman Kesultanan Palembang Darussalam,” katanya.

Dan disamping bungker Jepang itu menurutnya ada penjara tempat penjara dan ada yang bilang  untuk membunuh juga .

“ Karena itu khan trus ke sungai di sungainya itu ada tempat batu turun ke sungai, “ katanya.

Untuk luas areal bungker dan penjara luas arealnya bisa mencapai 1 hektar yang merupakan satu komplek di ujung Pulau Kemaro.

“ Kita sengaja kesitu , karena peluang untuk menemukan tinggalan itu masih ada karenanya  kami jalan ke ujung Pulau Kemaro,” katanya .

Untuk langkah selanjutnya menurutnya pihaknya  akan melakukan analisa dahulu .

“ Kendalanya temuannya tidak padat jadi  temuannya sporadis, kalau kita mau ekskavasi pun harus mempertimbangkan kepadatan temuan , sementara kita survey  dulu, kebetulan kami waktu sekitar kampung  Aer sampai villa sampai pasang tinggi , saya berharap kalau surut kita bisa survey kesitu nanti suatu saat kita akan survey lagi, nunggu pas surut kita harus tahu jadwalnya,” katanya.

Untuk peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam pihaknya belum menemukan di lokasi tersebut.

“ Tapi dugaan saya tidak jauh dari tempat penjara itu , kalau dilihat dari peta Belandanya itu , tidak jauh dari situ, jangan-jangan dulu benteng pertahanan Kesultanan Palembang yang menjadi penjara dan bungker itu,” katanya.

Untuk tinggalan zaman Sriwijaya di Pulau Kemaro pihaknya belum menemukan , karena kecenderungan Pulau Kemaro lebih ke era Kesultanan Palembang Darussalam.

Penelusur sejarah Sumsel yang juga Penggagas Komunitas Cagar Budaya Robby Sunata menilai Pulau Kemaro adalah pulau penuh sejarah, bukan tanah kosong.

“Setidaknya era sejarahnya adalah masa kesultanan Palembang , kolonial Belanda, Jepang, dan  NKRI, kalau era jepang baru ditemukan tadi,” katanya.

Kalau di posisi bunker tadi menurutnya tidak ada  temuan lain selain bunker.

“Yang banyak sisa bangunan ado di sisi ujung timur dan selatan yang ngadep Plaju,” katanya.

Arkeolog Temukan Bungker Jepang di Pulau Kemaro Palembang

Tim peneliti dari Balai Arkeologi Sumsel menemukan bungker peninggalan Jepang di Pulau Kemaro, Palembang.

Selain itu, juga ditemukkan sejumlah benda peninggalan lainnya sejak abad ke-17 Masehi.

Peneliti Balai Arkeologi Sumsel, Retno Purwanti, mengatakan penemuan sejumlah bangunan dan benda bersejarah itu berdasarkan hasil survei arkeologi yang dilakukan sejak 25 Maret 2021 di Pulau Kemaro.

“Bungker masa pendudukan Jepang itu ditemuan di bagian barat laut pulau. Tim juga menemukan landasan meriam dan dermaga kuno di lokasi itu,” katanya, Minggu (28/3).

Menurutnya, survei arkeologi di Pulau Kemaro ini dengan tujuan untuk mengetahui tinggalan arkeologi di dalamnya. Survei dilakukan dengan cara melakukan penyelusuran areal sebelah selatan pulau dari ujung paling barat (kawasan Kelenteng/Pagoda) sampai ujung timur.

“Penyelusuran yang dilakukan dengan berjalan kaki dan mengamati keadaan permukaan tanah,” katanya.

Selain peninggalan masa pendudukan Jepang itu, juga ditemukan sejumlah benda lainnya. Seperti; pecahan keramik China dari masa Dinasti Yuan (1271-1368 M), Dinasti Ming (1368-1644 M), dan Dinasti Qing (1644-1912 M).

Kemudian pecahan tembikar, botol-botol kaca utuh, pecahan botol, umpak tiang bangunan, pecahan bata, spesi, pecahan genting, pecahan ubin, dan wastafel.

“Temuan pecahan keramik tersebut ditemukan pada areal setelah Bungalow sampai ujung timur Pulau Kemaro,” katanya.

Berdasarkan pertanggalan relatif dari pecahan keramik dapat diketahui, bahwa Pulau Kemaro mulai digunakan sejak masa Kraton Kutogawang sampai masa kolonial Belanda.

“Untuk sementara dapat diduga bahwa Pulau Kemaro telah dihuni manusia sejak abad ke-17 sampai masa kemerdekaan,” katanya.

Kronologi sejarah pulau ini dimulai sejak masa pengaruh Islam, masa kolonial Belanda (dan Inggris), pendudukan Jepang, masa Gestapu/PKI (masa Orla), Orba sampai sekarang.(BP/goik)

 

Tinggalkan Balasan