selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa hari jadi kota pasuruanisra miraj hut oku selatan, hari jadi oku selatan
Opini  

Perang Dan Energy,  Meredam Sorot Industri Batubara Hingga Perubahan Iklim

BERAU, GESAHKITA COM—Kondisi perang Russia – Ukraina masih  bergejolak sehingga dampak ekonomi pun sangat terasa di seluruh dunia termasuk Indonesia. Wajar saja begitu, sebab kedua Negara sangat berpengaruh di dataran benua Eropa ini berarti pecahan demi pecahan pun makin terasa untuk semua hal termasuk bidang ekonomi dan perdagangan berbagai komoditas.

Invasi Russia Ke Ukraina Meredam Sorot Produksi Energy Fosil

Dunia baru saja dihadapkan dengan bencana Covid 19 dan turunannya (Variant) dalam waktu bersamaan, arus Penghentian Pemanasan Global dan perubahan iklim (Climate Change) juga kian dimasif kan sebenarnya,   terlepas  dari ada yang coba mencari cari keuntungan  dari hal tersebut.

Fakta nya, saja Minyak goreng hilang dari pasaran, sebab diduga energy namun tanpa diduga duga secara tiba tiba pula focus dunia tersorot pada Invasi Russia ke Ukraina.

Sebab sebelum nya, ditengah dunia mengahadapi Pertemuan  G20 di Bali, dimana Negara Negara sebelum puncak acara sedang loby loby yakni salah satu nya komitmen masing masing negara penghasil Fosil energy (Batu Batu bara) ditagih untuk membuat prosentase turun produksi dan waktu kapan berhenti memproduksi batu bara,  sementara Negara yang menggantungkan energy batu bara ditunggu juga kapan akan sebenarnya beralih ke energy terbarukan (renewable  Energy).

Bisnis Energy Dunia

Jika dilihat dari sejarah energy gas di wilayah eropa bahwa Ukraina merupakan penghasil gas kedua setelah Russia, namun Russia juga memiliki kemampuan dalam hal trading Gas ke seluruh kawasan Eropa, khusus nya Negara yang berbatasan langsung dengan kawasan kedua Negara tersebut.

Dari sisi kawasan Asia, bahwa Australia, India dan Indonesia harus dilihat sebagai Negara Negara yang menghasilkan energy Fosil untuk dijual dan juga masih sangat menggantungkan kehidupan industry pada pemanfaatan Tambang  batu bara yang dikenal merusak lahan dan lingkungan ini.

Baru ini, hilang nya minyak goreng dari pasaran menurut Fakar ekonomi Faisal Basri karena dari data yang ada bahwa Produksi Crude Palm Oil (CPO) tetap secara jumlah volume tidak terganggu bahkan juga tidak ada pengaruh nya dengan isu replanting dan lain sebagainya.

Faisal Basri  dilansir dari channel youtube nya menilai bahwa adanya dugaan peruntukan produksi dan distribusi CPO terpecah dari sasaran untuk Food Market atau cooking Oil, kini malahan diarahkan sebagian ke Biodiesel sebab permintaan banyak ditambah harga saat ini sangat tinggi, maka akan lebih menguntungkan jika dilihat dari sudut pandang konsep bisnis.

Perlahan Tambang Tambang Batu Bara Dibuka Untuk Kebangkitan Ekonomi

Pemerintah mulai dari pusat hingga daerah mengawali pasca pandemic dengan wacana kebangkitan ekonomi untuk menggerakan ekonomi rakyat dengan salah satunya kemudahan regulasi dan aturan secara proses nya dan tidak dibuat cukup lama.

Misalnya saja, pelaku usaha dengan pengalaman yang mereka miliki bahwa berpandangan dalam bisnis terkadang sederhana nya lebih mengambil prinsip “Apa Lu Mau Gua Ada”. Mereka tidak mau mengambil resiko jika bisnis nya tidak jalan.

Sementara Terhentinya perusahaan pada awal masuk nya pandemic covid 19 pada 2020, sebenarnya keadaan bukan pada ke kejatuhan bisnis atau karena kurang prospektif dan sebagainya, itu semua karena semata mata factor keamanan, sehingga mereka terpaksa tutup.

Rakyat 2 Tahun Terpuruk Dan Coba Bangkit Kena Manfaatkan, Terjadi Di Industri Batubara

Sebagian masyarakat gengan hidup menganggur jiak untuk bertahan  menjual sebagian alat alat rumah tangga yang ada, demi mempertahan kan hidup mungkin tidak sedikit orang akan membenarkan khususnya para pekerja yang dirumahkan sebab Covid 19.

Maka dengan dibukanya lowongan Kerja, baik itu bakal dipekerjakan langsung oleh pihak perusahaan (Direct User) atau pun Sub Kontraktor, bagi professional yang sempat dirumahkan tersebut terkadang tanpa melihat atau menganalisa terlebih dahulu akan professional perusahaan yang bakal mempekerjakan mereka.

Maka ada nya kenyataan sebelum melihat Perjanjian Kerja Antar Waktu (PKWT) para profesional langsung diterbangkan ke lokasi Perusahaan beroperasi yang notabene ratusan kilo meter (Antar Pulau).

Setelah itu mereka baru menyadari sesampai di lakosi mereka sebenarnya terjebak dengan keadaan bahwa fasilitas yang biasa nya mereka dapatkan dari perusahaan yang telah mengirim mereka untuk bekerja ke lokasi tersebut ternyata tidak utuh.

Hal hal sederhana atau mendasar misalnya Asuransi Kesehatan (BPJS Kesehatan) dan BPJS Tenga Kerja, Sistem pengupahan serta factor keselamatan kerja lainnya.

Kejadian tersebut entah itu sengaja atau tidak sengaja, namun jika dipandang dari satu sisi, hal ini adanya pemanfaatan keadaan ekonomi yang lagi keruh di rumah tangga para profesional maka yang penting mereka sampai dilokasi bisa bisa nya nanti para pekerja dapat dinego nego gaji. Apakah ini bentuk keadialn dalam berusaha yang malahan terkesan atau yang menonjolnya hanya akal bulus? Waulahualam Bisawap.(*)

 

Teks : Sandy

 

 

 

 

 

Leave a Reply