selamat idul fitri selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa selamat menunaikan ibadah puasa hari jadi kota pasuruanisra miraj hut oku selatan, hari jadi oku selatan
World  

Kode etik baru Marcos untuk Laut Cina Selatan bukanlah suatu hal yang baru

Kode etik baru Marcos untuk Laut Cina Selatan bukanlah suatu hal yang baru

JAKARTA, GESAHKITA COM—Pada tanggal 20 November 2023, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengklaim bahwa Filipina telah mendekati negara tetangganya seperti Vietnam dan Malaysia untuk menyusun ‘kode etik’ (COC) terpisah di Laut Cina Selatan (LCS).

Berbicara di Honolulu, Marcos berkata, ‘Saat ini kami sedang menegosiasikan kode etik kami sendiri, misalnya dengan Vietnam karena kami masih menunggu kode etik antara Tiongkok dan ASEAN dan sayangnya kemajuannya agak lambat’ . Dia juga mengatakan bahwa Vietnam dan Malaysia termasuk di antara negara-negara Asia Tenggara yang dia coba untuk merundingkan kode etik untuk menjaga perdamaian di Laut China Selatan.

Ini bukan pertama kalinya Marcos menyerukan agar perundingan COC dengan negara tetangga Filipina dimajukan. Pada KTT ASEAN ke-40 dan ke-41 serta KTT terkait di Phnom Penh, Kamboja pada 11 November 2022, ia mengatakan ada ‘kebutuhan mendesak’ terhadap COC namun tidak mengusulkan pembentukan COC terpisah.

Manila berupaya untuk menyelaraskan diri dengan negara-negara tetangganya dalam proses konsultasi COC, memanfaatkan pengaruh kolektif mereka untuk menentang klausul yang menguntungkan Tiongkok. Mereka juga berusaha untuk memberikan tekanan pada Tiongkok agar memberikan konsesi melalui ancaman untuk memimpin COC terpisah. Filipina juga bertujuan untuk melibatkan Vietnam dan Malaysia dalam perjuangannya melawan Tiongkok di Laut China Selatan untuk memperkuat posisi tawarnya. Melalui kolaborasi dengan penggugat lainnya, Filipina juga bermaksud menghentikan tindakan agresif Tiongkok di Laut China Selatan.

Namun Vietnam dan Malaysia kemungkinan besar tidak akan mengikuti saran Marcos untuk menyusun COC terpisah. Meskipun Vietnam berkolaborasi dengan Filipina dalam Arbitrase Laut Cina Selatan, Vietnam belum secara resmi mengajukan kasusnya ke Pengadilan Den Haag. Vietnam belum mendukung saran Marcos, meskipun Hanoi berbeda pendapat dengan Tiongkok dalam konsultasi COC.

Berbeda dengan Filipina, Vietnam tidak berniat memprovokasi Tiongkok di Laut China Selatan. Sebaliknya, Tiongkok lebih memilih menggunakan cara diplomatis untuk secara hati-hati menangani sengketa wilayahnya dengan Tiongkok tanpa merusak hubungan bilateral. Pada bulan Juni 2023, pemerintah Vietnam meredakan kebuntuan maritimnya dengan kapal penjaga pantai Tiongkok di Bank Wan’an. Vietnam kemungkinan besar tidak akan bergabung dengan kubu anti-Tiongkok di Filipina.

Malaysia secara historis mempertahankan pendekatan non-konfrontatif terhadap perselisihan LCS. Meskipun terjadi ketegangan di LCS, pemerintah Malaysia secara konsisten menekankan solusi diplomatik. Sejak Presiden Anwar Ibrahim menjabat pada November 2022, Malaysia semakin menjaga hubungan lebih dekat dengan Tiongkok. Kehangatan hubungan Tiongkok-Malaysia terlihat dari frekuensi kontak tingkat tinggi, seperti pertemuan Presiden Anwar dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing pada Maret 2023 dan peningkatan kerja sama dalam proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan.

Berdasarkan survei yang dilakukan Merdeka Center pada 22 November 2023, masyarakat Malaysia lebih mengkhawatirkan kinerja perekonomian pemerintahan baru yang dipimpin Anwar Ibrahim dibandingkan manuver geopolitiknya. Prioritas utama pemerintahan Anwar adalah pertumbuhan ekonomi daripada mengganggu stabilitas Laut China Selatan.

Vietnam dan Malaysia termasuk di antara enam negara yang berpartisipasi dalam latihan maritim pimpinan Tiongkok yang dimulai pada 13 November 2023 di Zhanjiang, markas besar Armada Laut Selatan angkatan laut Tiongkok. Tujuan dari latihan yang diberi nama sandi Perdamaian dan Persahabatan-2023 ini adalah untuk meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Jelas bahwa mayoritas negara-negara Asia Tenggara dan Tiongkok berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.

Tak lama setelah klaim Marcos untuk menyusun ‘kode etik’ baru, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning memperingatkan bahwa ‘setiap penyimpangan dari kerangka Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut Cina Selatan dan semangatnya akan batal demi hukum’. Hal ini tidak hanya menandakan penolakan Tiongkok terhadap saran Marcos namun juga menunjukkan tekad Beijing untuk mencegah Filipina mengganggu proses konsultasi COC.

Pernyataan Marcos mengenai pengembangan kode etik baru tidak hanya akan gagal mendapatkan dukungan dari negara-negara tetangga tetapi juga akan mengikis kepercayaan lemah yang mungkin telah dibangun antara Filipina dan Tiongkok selama diskusi singkat yang dilakukan antara Marcos dan Xi di pertemuan tersebut. KTT APEC pada November 2023.

 

Nian Peng adalah Direktur Pusat Penelitian Studi Asia Hong Kong (RCAS), Hong Kong. Alih bahasa gesahkita